Apa Benar Imam Mahdi dengan Hadhrat Rasulullah saw Dikuburkan dalam Satu Kuburan yang Sama?

Dalam acara soal jawab, Hazrat Khalifatul Masih Ar Rabi ra menjawab satu pertanyaan yang tidak dimunculkan dan langsung dimulai dengan jawaban Huzur (dalam format MP3). Dari jawaban Huzur, penerjemah memperkirakan bahwa pertanyaan yang dilontarkan mungkin berkenaan dengan “dikuburkannya Imam Mahdi dengan Rasulullah dalam satu kuburan yang sama” atau yang senada dengan itu. lengkapnya sebagai berikut:

Huzur bersabda: ”Yang disabdakan tadi mengisyarahkan kepada satu hadits yang sampai batas tertentu saya berkesan bahwa alfaaz (kata-kata) dalam hadits itu tidaklah benar. Tapi dari sisi topik, ada hadits lain yang senada dengan topik tersebut, saya akan jelaskan.

Kita harus berhati-hati dalam mensikapi suatu Hadits Nabi saw. Jika kita teringat akan suatu topik, maka katakanlah dengan penuh kehati-hatian bahwa “saya teringat dengan suatu topik yang sejenis dengan itu dan jangan sekali-kali menyandarkan suatu perkataan kepada Rasulullah SAW sebelum kita benar-benar yakin kebenarannya,
Dikarenakan Huzur SAW pernah bersabda:” Jika ada yang menyandarkan suatu perkataan kepadaku, padahal aku tidak pernah mengatakannya, maka dia akan membuat rumahnya sendiri di neraka”, karena merupakan satu tanggung jawab yang sangat besar. 

Kaf Ha Yaa 'Ain Shod Dalam Makna


Artinya: Engkau Maha Mencukupi, Maha Pemberi Petunjuk, ya Allah swt., Yang Maha Mengetahui, Maha Benar


Menurut Ummi Hani, Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa dalam huruf-huruf gabungan atau kombinasi: kaaf ha ya aiin shaad, huruf kaf  menampilkan kafin (Maha cukup), ha menampilkan hadi  (Petunjuk jalan sejati), ain  menampilkan alimun (Maha tahu), dan shad menampilkan shadiq (Yang benar), dan dengan demikian gabungan huruf-huruf singkatan itu akan berbunyi seperti ini,
anta kafin, anta hadin, yaa alim, yaa shadiq, yang berarti, Engkau mencukupi keperluan semua. dan Engkau menunjukkan jalan yang sejati, hai Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Benar !

Keempat macam sifat Tuhan sejati ditampilkan oleh huruf-huruf gabungan ini

KHALIFAH ISLAM - KHALIFAH AHMADIYAH



KHILAFATAN ‘ALA MIN HAJJI NUBUWWAH

1 2

  • Ayat 56: Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka. [2057]


Keterangan nomor 2057
: Sebab ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka ayat dalam ayat-ayat 52-55 berulang-ulang diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji, bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi. Janji itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang akan menjadi penerus Hazrat Rasulullah saw serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khlafat adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah paham. Sebab kini Hazrat Rasulullah saw satu-satunya hadi (petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya, khilafat beliau akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi. Inilah di antara yang lainnya banyak  keunggulan, merupa-kan kelebihan Hazrat Rasulullah saw yang menonjol di atas semua nabi dan rasul Tuhan lainnya. Zaman kita ini telah menyaksikan khalifah ruhani beliau yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Lihat juga Edisi Besar Tafsir dalam bahasa Inggris, (hal. 1869 – 1870).

Jika kita perhatikan ayat ke 56 dari surat An Nur ini maka akan diketahui siapa subyek atau pelaku dan siapa obyeknya dari isi ayat tersebut. Allah Ta’ala sendiri yang telah berjanji ini terbukti pada kata (wa’adallahu) yang merupakan fi’il madhi dalam tata bahasa Arab yang memiliki arti “Allah telah berjanji”. Lihat pula dibelakang kata (wa’ada) terdapat kata Allah, sehingga bermakna “Allah yang telah berjanji”, sehingga dalam hal ini Allah sebagai subyek atau pelaku.

Kemudian janji itu dibuat untuk siapa? Ayat 56 surat An Nur menjawab bahwa janji ini diberikan kepada “orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang sholeh”. Karena dalam konteks kalimat ayat tersebut hal itulah yang menjadi obyeknya. Jadi untuk urusan khilafat ini merupakan pekerjaan dan proyek dari Allah Ta’ala sendiri. Dan ini berlaku semenjak zaman dahulu kala dan dalam koridor Islam.

Kebenaran Al Mahdi


نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْ عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ  وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ

KEBENARAN HAZRAT MASIH MAU’UD AS
Sebuah Refleksi Kebenaran Haqiqi dalam Wujud Seorang Mahdi
Di tengah hiruk pikuknya kesibukan dan keramaian dunia beserta tingkah laku manusia yang menjurus kepada sebuah hasrat besar terhadap keduniawian. Berbagai kasus dan cerita serta fakta dalam kehidupan pada era sekarang ini seharusnya tidaklah membuat manusia lalai dan mulai meninggalkan Tuhan dengan segala petunjuknya dan lari menuju kepada kepalsuan dalam bertingkah laku. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena memang zaman sudah berubah dan masa telah berganti.
           
Sudah tiba waktunya manusia menyaksikan kebenaran haqiqi dari Tuhannya. Banyak ragam pemahamanan dari kata kebenaran itu sendiri, namun fakta sejarah menunjukkan bahwa kebenaran yang haqiqi adalah petunjuk dari Tuhan Yang Satu, yakni Allah Ta’ala yang mempunyai sifat Robb. Kebenaran dari para nabi ams itulah yang disebut sebagai kebenaran haqiqi. Para pengikut dari para nabi ams itulah yang termasuk sebagai orang-orang yang berbahagia dan berjaya.

Analisa: Dimanakah Tempat Hak Asasi Manusia di Indonesia?

IRIN
Berita dan Analisis Hak Asasi Manusia 
Sebuah kantor Layanan PBB untuk Koordinasi Urusan Hak Asasi Manusia
Analisa: Dimanakah Tempat Hak Asasi Manusia di Indonesia?
Jakarta, 26 Nopember 2012 (IRIN)
Para korban mendapat kekerasan tidak manusiawi di Indonesia, di negara dimana pengadilan-pengadilan untuk hak asasi manusia di gelar pada tahun 2000 namun belum memutuskan hukuman bagi para pelaku walau satu kasus. Para aparat hukum berhadapan dengan pilihan sulit membawa para pelaku demi keadilan.
Data yang didapat dari Komisi LSM untuk Orang Hilang dan Korban kekerasan (Kontras) memperkirakan adanya lebih dari satu juta orang yang mendapatkan perlakuan aniaya dalam kurun waktu tahun 1965 hingga 1988 dan terbanyak terjadi di era Pemerintahan Militer Presiden Suharto yang berakhir di tahun 1988 dengan pelengserannya.
“Kami mengalami kondisi yang sulit di negeri ini. Anda banyak menemukan kasus kekerasan kemanusiaan namun kondisinya tak ada satupun yang dianggap bersalah di dalam pengadilan hak asasi manusia,” kata Haris Azhar, Koordinator Kontras.
Pada tahun 2000 parlemen Indonesia membentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk mendengar dan mengurus kasus-kasus besar kekerasan hak asasi manusia. Lebih dari 12 tahun sejumlah 12 kasus di gelar di empat Pengadilan Hak Asasi Manusia tanpa memutuskan hukuman bagi para pelaku.

Jubilee Khilafat

Love For All...

Ayaddahu Biruhil Qudus

Harap Kembali, pintu selalu terbuka.

Jazakumullah ahsanal jaza... Terimakasih atas kunjungannya, semoga diberkahi dan lain kali berkunjung kembali.