Kali ini saya 'copas' kan dari Media Islam mengenai masalah perayaan natal tanpa mengomentari tentang isi makalah ini. Saya sampaikan murni apa adanya.
Saat ini ada beda pendapat di sebagian
ummat Islam tentang hukum mengucapkan Selamat Natal pada Ummat Kristen
yang merayakan hari raya Natal. Ada yang tegas menyatakan haram. Ada
pula yang membolehkannya.
Terhadap hal itu, hendaknya kita
mengkaji Al Qur’an dan Hadits yang Sahih agar tahu mana pendapat yang
benar, dan mana yang salah.
“…Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al Maa-idah 2]
“Rasulullah
s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya,
(2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya,
(5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang
menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang
minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
Allah memerintahkan kita untuk tolong-menolong dalam hal kebaikan. Sebaliknya Allah melarang keras tolong-menolong dalam hal kejahatan.
Dari hadits tentang riba dan arak kita tahu dosanya mengenai bukan cuma
pelaku riba atau peminum arak. Tapi siapa pun yang terlibat termasuk
saksi atau pun yang cuma mengantarkan minuman. Demikian pula untuk dosa
lain seperti Syirik.
Nah kita tahu bahwa pada hari Natal,
ummat Kristen merayakan hari lahir Yesus yang mereka anggap Tuhan
mereka. Tuhan Anak! Itu adalah dosa Syirik. Dan Syirik
itu adalah dosa terbesar yang tidak terampuni. Nah jika terhadap dosa
yang lebih kecil seperti Riba dan Minum Arak saja kita dilarang turut
membantu, bagaimana dengan mengucapkan “Selamat Natal” yang merupakan
satu doa kepada orang yang tengah merayakan kemusyrikan?
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu,
adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)
lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci
Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” [An Nisaa’ 171]
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal
sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [Al Maa-idah 73]
Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:
“Katakanlah: Allah itu Satu
Allah tempat meminta
Dia tidak beranak dan tidak diperanakan
Dan tak ada satu pun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Allah tempat meminta
Dia tidak beranak dan tidak diperanakan
Dan tak ada satu pun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Seharusnya kita memberitahu mereka bahwa
syirik itu dosa. Bukan justru memberi selamat! Jika kita beri ucapan
selamat, mereka tidak akan sadar dan terus terjebak dalam kemusyrikan.
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
[An Nisaa’:48]
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang
selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” [An Nisaa’:116]
Perhatikan ayat-ayat di atas. Allah
menyatakan bahwa kafirlah Ahli Kitab yang menganggap Allah hanyalah 1
dari 3 Tuhan dan Allah menjanjikan siksaan yang pedih pada orang-orang
yang musyrik. Adakah kita ingin turut mendapat siksa dengan memberikan
ucapan selamat kepada orang yang tengah merayakan hari kelahiran Yesus
sebagai Tuhan Anak? Sebagai sekutu dari Allah?
Oleh karena itu keliru jika ada yang
mengharamkan orang menghadiri acara Natal, tapi justru menghalalkan
menucapkan Selamat Natal. Sesuatu yang haram itu dosa. Mengucapkan
selamat kepada orang yang berbuat haram juga dosa. Misalnya orang
mencuri (mencuri lebih ringan dosanya daripada sirik). Jika kita
mengucapkan Selamat Mencuri, itu juga dosa. Begitu pula mengucapkan
selamat kepada orang yang tengah berbuat dosa syirik.
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah
tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi
hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu
kesyukuranmu itu.” (Qs. Az Zumar [39]: 7)
Sebagaimana Allah tidak
meridhoi/menyukai kekafiran, hendaknya kita begitu. Bukan justru memberi
ucapan selamat kepada orang yang merayakan kekafirannya dengan
merayakan kelahiran Tuhan dan Juru Selamat mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata, “Allah memberitahukan, tidak didapatkan orang
beriman mencintai orang kafir. Siapa yang mencintai orang kafir maka dia
bukan seorang mukmin. Menyerupai secara dzahir bisa menimbulkan
kecintaan maka diharamkan.”
….Allah memberitahukan, tidak didapatkan
orang beriman mencintai orang kafir. Siapa yang mencintai orang kafir
maka dia bukan seorang mukmin. Menyerupai secara dzahir bisa menimbulkan
kecintaan maka diharamkan….
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Oleh karena itu kasihan sekali jika ada
presenter Muslim di TV atau pramuniaga Muslim di Mal-mal yang mengenakan
topi merah Sinterklas saat Natal. Karena itu berarti mereka termasuk
bagian dari orang-orang Kristen. Ketahuilah bahwa akhirat/surga itu
lebih baik dan lebih kekal daripada dunia yang fana ini.
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” [Al Fath 29]
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Larangan menghadiri perayaan hari raya orang kafir
Para ulama bersepakat, haram menghadiri
perayaan hari raya orang kafir dan bertasyabuh (menyerupai) acara
mereka. Ini adalah pendapat madzab Hanafi, Maliki, syafi’i, dan Hambali.
(Lihat Iqtidla’ ash-Shirat al-Mustaqim, karya Ibnu Taimiyah : 2/425 dan
Ahkam Ahlidz Dzimmah, karya Ibnul Qayyim 2/227).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin
mengatakan, ”Ucapan selamat hari natal atau ucapan selamat lainnya yang
berkaitan dengan agama kepada orang kafir adalah haram berdasarkan
kesepakatan para ulama.” [Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin,
3/28-29, no. 404, Asy Syamilah.]
Dalam Al-Fiqh Al-Islami, Tasyabuh dilarang berdasarkan alasan yang cukup banyak:
1. Tidak menumpang pada kapal yang digunakan orang kafir untuk menghadiri perayaan hari raya mereka.
Imam Malik rahimahullah berkata;
“dimakruhkan menumpang kapal orang kafir yang dijalankan sebagai alat
transportasi untuk menghadiri perayaan hari raya mereka, karena laknat
dan kemurkaan Allah turun kepada mereka.” (dalam Al-Luma’ Fi al-Hawadits
wa al-Bida’1/392).
Ibnul Qasim pernah ditanya tentang
menumpang kapal yang dijalankan orang Nashrani untuk menghadiri perayaan
hari raya mereka, maka beliau membenci hal itu karena khawatir akan
turun murka kepada mereka disebabkan kesyirikan yang mereka lakukan.
(lihat Al-Iqtidla: 2/625).
Ibn al-Qayyim pernah menyampaikan bila
pemberian ucapan “Selamat Natal” atau mengucapkan “Happy Christmas”
kepada orang-orang Kafir hukumnya haram.
Sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim
rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkâm Ahl adz-Dzimmah”, beliau berkata,
“Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran
yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama.
Alasan Ibu al-Qayyim, menyatakan haram
ucapan selamat kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan
hari-hari besar keagamaan mereka karena hal itu mengandung persetujuan
terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
Mungkin ada yang berkata, “Masak
mengucapkan Selamat Natal saja haram?” Menurut kita mungkin kecil. Tapi
di sisi Allah ucapan yang sesat itu besar dosanya. Coba lihat:
“Mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.”
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh” [Maryam 88-90]
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh” [Maryam 88-90]
Jangankan mengucapkan Selamat Natal, mengucapkan salam biasa saja kepada Non Muslim kita dilarang:
Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai
mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari’at
adalah:”Wa ‘alaikum!” (Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah
diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan:”Jika orang-orang Ahli
Kitab (Non Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:”Wa
‘alaikum” (HR. Bukhary dan Muslim).
Salam adalah do’a seorang Muslim kepada
saudaranya seiman. Kita tidak bisa mengucapkan doa Selamat kepada orang
yang kafir/musyrik karena jika mereka tak tobat, siksa Allah sudah jelas
menunggu mereka.
”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Al Qashash [28]: 56).
Satu-satunya doa yang diperbolehkan untuk orang kafir yang masih hidup adalah doa agar mereka dapat petunjuk untuk masuk Islam:
Do’a Rasulullah SAW kepada orang Non
Muslim:”Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya
mereka orang yang tidak mengerti” (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An
Nadwi). Atau do’a Rasululah SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih
kafir:”Ya Allah, berilah kemuliaan kepada Islam dengan masuk Islamnya
salah satu orang terkasih kepada-Mu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin
Khaththab”.
Ada ulama yang membolehkan mengucapkan salam dengan dalil di bawah:
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.” [Maryam 33]
Namun kita harus paham bahwa itu adalah
ucapan Nabi Isa yang berdoa semoga keselamatan dilimpahkan padanya pada
hari beliau dilahirkan, meninggal, dan saat dibangkitkan kembali. Bukan
setiap tanggal 25 Desember yang memakai tahun Masehi karena ummat Islam
memakai kalendar Hijriyah. Dan Nabi serta para sahabat tak pernah
mengucapkan Selamat Natal.
Selain itu, harusnya cukup berdoa kepada
Allah agar melimpahkan keselamatan kepada Nabi Isa. Bukan memberi
ucapan Selamat Natal kepada kaum Nasrani yang kita tahu merayakan
kelahiran Tuhan mereka.
Selain itu, mengucapkan Selamat Natal
atas kelahiran Nabi Isa pada tanggal 25 Desember juga salah waktu. Sebab
Nabi Isa AS tidak lahir pada tanggal 25 Desember, beliau lahir di musim
panas saat kurma berbuah, sebagaimana isyarat di dalam ayat Al-Quran
saat Ibunda Maryam melahirkannya di bawah pohon kurma. Saat itu Allah
SWT berfirma kepadanya:
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu” (QS. Maryam: 25)
Bahkan sebagian orang Kristen sendiri
menyatakan bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus. Tapi
itu adalah hari perayaan kaum Romawi, Solstice Day, yang merayakan hari
kelahiran Dewa Matahari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Natal
Jadi keliru sekali jika ada ummat Islam yang mengucapkan Selamat Natal pada tanggal 25 Desember.
Ada ulama yang menghalalkan mengucapkan selamat natal dengan dalil “Berbuat Baik”:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah:
Ayat ini turun pada Asma’ binti Abi Bakr
ra, di mana ibundanya –Qotilah binti ‘Abdil ‘Uzza- yang musyrik dan ia
diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk tetap menjalin hubungan dengan
ibunya.[Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy]. Jadi bukan untuk mengucapkan
Selamat Natal.
Padahal berbuat baik di atas adalah
berbuat baik selama kita tidak bermaksiat kepada Allah. Jangankan
terhadap orang biasa, terhadap orang tua saja meski kita harus berbuat
baik, tapi jika durhaka kepada perintah Allah haram bagi kita untuk
mematuhi mereka.
Berbuat baik itu bukan berarti kita ikut
ridho dan mengucapkan selamat atas kekafiran mereka. Islam memang
menghargai kebebasan beragama. Laa ikraha fid diin. Tak ada paksaan
dalam beragama. Tapi dalam hal aqidah, tidak bisa dicampur aduk. Sebagai
contoh Nabi pernah ditawari kekayaan, wanita, dan juga jabatan sebagai
pemimpin Mekkah agar tidak menjelek-jelekkan Tuhan (Berhala) kaum kafir
Quraisy dan bergantian menyembah Tuhan. Nabi menyembah Tuhan Quraisy
setahun, dan kaum kafir Quraisy menyembah Allah selama setahun. Jika
mengikuti ajakan kaum kafir tersebut, memang kita berbuat baik kepada
mereka. Tapi kafir kepada Allah. Akhirnya Allah menurunkan surat Al
Kaafiruun yang menegaskan tidak ada toleransi dalam hal Aqidah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw. dengan menawarkan kekayaan
agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Makkah, dan akan
dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan
berkata: “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat
agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau
sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun.” Nabi saw menjawab: “Aku akan
menunggu wahyu dari Tuhanku.” Ayat ini (S.109:1-6) turun berkenaan
dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.
Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak
ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala.
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa
al-Walid bin al-Mughirah, al-’Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan
Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata: “Hai
Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan
menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal
dan engkaulah pemimpin kami.” Maka Allah menurunkan ayat ini (S.109:1-6)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Mina.)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Mina.)
Inilah surat Al Kaafiruun ayat 1-6:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Tegas bukan? Tidak pernah Nabi mengucapkan: “Selamat Menyembah Berhala”
Dan jika ada yang membolehkan
mengucapkan selamat Natal bagi Muslim yang tinggal di daerah yang
mayoritas Kristen, itu tak sesuai sunnah Nabi. Meski Nabi saat itu di
Mekkah merupakan minoritas, tapi oleh Allah tetap bersikap tegas.
Berbuat baik itu adalah dengan
mengatakan yang benar itu benar, dan salah itu salah. Orang yang salah,
kita beritahu yang benar. Jadi mereka bisa jadi benar. Bukan justru
didukung untuk terus tetap berbuat salah.
Dalil lainnya lagi adalah jika diberi penghormatan atau salam, hendaklah memberi penghormatan yang lebih baik lagi:
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih
baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 86)
Padahal ayat di atas berkenaan dengan
ucapan “Assalamu’alaikum” yang diucapkan oleh sesama Muslim yang wajib
dibalas dan bahkan lebih baik lagi dengan ucapan “Wa’alaikum salam wa
rohmatullahi wa barokatuhu”. Bukan ucapan “Selamat Natal” oleh orang
musyrik kemudian kita balas lagi. Ayat selanjutnya membantah hal itu:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari
kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang
lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?” (QS. An-Nisa’: 87)
Bagaimana mungkin kita mengucapkan
Selamat kepada orang yang tengah mengingkari ayat di atas dengan
menyembah Tuhan selain Allah?
Jadi sekali lagi, Hari Natal adalah satu
Syiar Agama Kristen di mana mereka saat itu merayakan hari lahirnya
Tuhan mereka: Yesus. Syirik itu adalah dosa terbesar yang tidak diampuni
oleh Allah SWT. Tak pernah ada sunnah Nabi dan para sahabat mengucapkan
Selamat Natal kepada ummat Kristen saat itu. Sebaliknya dalam Al Qur’an
disebutkan bahwa Nabi mengajak utusan Nasrani Najran untuk bermubahalah
ketika kaum Nasrani ngotot bahwa Isa itu adalah Tuhan. Kutukan Allah
akan menimpa kaum Nasrani jika mereka berdusta. Dan kaum Nasrani tak
berani menerima tantangan itu:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di
sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam
dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang
manusia), maka jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” [Ali 'Imran 59-64]
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” [Ali 'Imran 59-64]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya
dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At Taubah 31]
[639]. Maksudnya: mereka mematuhi
ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi
buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat
maksiat atau mengharamkan yang halal.
Sesatnya kaum Yahudi dan Nasrani karena
mereka mengikuti ulama mereka membabi-buta. Kita jangan taqlid pada
ulama seperti mereka. Pegang teguh Al Qur’an dan Hadits. Ikutilah ulama
yang lurus yang berpedoman pada Al Qur’an dan hadits. Bukan yang
menyimpang dan sesat.
Dari berbagai ayat Al Qur’an mau pun
hadits di atas, jelaslah bahwa argumentasi orang-orang yang menghalalkan
ucapan Selamat Natal itu tak memiliki dalil Al Qur’an dan Hadits yang
kuat. Karena berdasarkan dalil yang mereka pakai, tak pernah Nabi, para
sahabat, tabi’in, serta Imam Madzhab mengucapkan Selamat Natal. Bahkan
Nabi justru mengajak mereka bermubahalah:
“Siapa yang membantahmu tentang kisah
Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah
(kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu,
isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu;
kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya
la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” [At Taubah 61]
Nabi tidak mengucapkan Selamat Natal. Justru mengajak mereka kembali ke jalan yang lurus!
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
[Al Israa' 31]
Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (HR. Abu Dawud)
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Seorang ulama yang tanpa amalan seperti
lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai
dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu. ” [Al Baqarah 120]
Kaum Nasrani memang tidak akan senang
dengan ummat Islam hingga kita mengikuti mereka. Tapi hendaknya kita
tetap lurus. Jika ada hal yang syubhat/samar di mana ada yang bilang
haram dan yang lain bilang halal, hendaklah kita tinggalkan yang
syubhat. Insya Allah akan selamat. Selain itu karena Nabi dan Sahabat
tak pernah mengucapkan Selamat Natal kepada kaum Nasrani meski dulu kaum
Nasrani sudah ada, maka mengucapkannya adalah Bid’ah. Dan Bid’ah itu
adalah sesat (HR Muslim).
Jadi marilah kita tetap lurus di jalan yang lurus dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
Mohon sebarkan ini ke yang lain.
Referensi:
Hadits Mengenai Riba
http://tahsinqu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61:riba&catid=39:riba&Itemid=86
http://tahsinqu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61:riba&catid=39:riba&Itemid=86
Halal dan Haram dalam Islam oleh Yusuf Qardhawi
http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Halal/2011833.html
http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Halal/2011833.html
Hukum SALAM kepada non Muslim,
http://solekha.multiply.com/reviews/item/112
http://solekha.multiply.com/reviews/item/112
Haram Mengucapkan Selamat Natal
Mengucapkan Selamat Natal Dianggap Berbuat Baik
Bolehkah Seorang Muslim Mengucapkan Selamat Natal?
http://muslim.or.id/manhaj/selamat-natal.html
Hukum Mengucapkan Selamat Natal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar