Kecintaan Hazrat Masih Mau'ud as (Hz Mirza Ghulam Ahmad as) Kepada Hadhrat Muhammad Mushtofa SAW

Suatu ketika Hazrat Masih Mau’ud as berjalan sendiri di dalam mesjid kecil yang berdampingan dengan kediaman Beliau as, yang dinamakan dengan mesjid Mubarak. Beliau as bersenandung dengan suara yang sangat pelan, seiring dengan itu air mata terus mengalir dari mata beliau as. Pada saat itu seorang sahabat yang mukhlis datang dari arah luar dan mendengar senandung itu. Ternyata saat itu Beliau sedang melantunkan sebuah syair sahabat Rasulullah saw yang bernama Hazrat Hassaan bin tsabit yang pernah dibacakan oleh beliau ra pada saat kewafatan Rasulullah saw. Syair itu berbunyi:”



Kuntas sawaada linnaaziriy fa’amiya ‘alaikan naaziru

man syaa’a ba’dakal yamut fa’alailka kuntu uhaadziru

Artinya:” Ya Rasul Allah! Engkau adalah kornea mataku,
karena kewafatanmu hari ini, (mataku) menjadi buta.
Sekarang, siapapun yang akan mati setelah engkau, matilah!
Aku hanya takut dengan kematian engkau, yang benar-benar telah terjadi.
Menurut penjelasan perawi, ketika saya melihat Hazrat Masih Mau’ud as menangis, pada saat itu beliau benar-benar sendiri, dengan rasa segan saya bertanya kepada Beliau as,” Hazrat! Apa yang telah terjadi? Apa yang telah membuat Huzur bersedih? Hazrat Masih Mau’ud as bersabda,” tadi saya sedang membaca sebuah syair Hazrat Hassan bin tsabit ra, lalu timbul hasrat pada diri saya ,”Seandainya syair ini keluar dari mulutku”



‘Isyq artinya Ghalba e Muhabbat (kecintaan yang mengungguli). Muhabbat itu sendiri adalah sesuatu yang meliputi/menguasai jisim dan ruh. Sedangkan ‘Isyq membawanya melangkah lebih jauh ke depan, menzahirkan kekhasan dan tanda-tanda, lalu memberikan hasil.



Satu kekhasan dari muhabbat adalah manusia ingin terwarnai (tercelup) dalam warna sang kekasih, perangai dan kebiasaan sang kekasihlah yang digandrunginya, pada jalan sang kekasihlah dia ingin melangkah, keitaatan dan kesetiaan kepada sang kekasihlah yang dia inginkan dan demi sang kekasih dia rela terpisah dari wujudnya sendiri. Orang yang menzahirkan kecintaan kepada Hadhrat Rasul Maqbuul saw dengan untaian kalimat saja, tapi tidak menjadikan keitaatan dan kesetiaannya sebagai kebiasaan, pendakwaannya ini sama sekali tidak benar. Kapan saja kecintaan hakiki ini muncul, dia akan menghapus dan melenyapkan wujudnya didalam keitaatan dan kesetiaan dan tidak akan membiarkan sesuatu yang dibenci oleh sang kekasih tersisa didalam dirinya.




Seolah-olah fanaa fil mahbub (fana dalam sang kekasih) adalah kekhasan pertama dari muhabbat. Tempat yang didalamnya tidak terdapat kekhasan seperti yang telah disebutkan tadi, berarti ditempat itu tidak terdapat muhabbat. Jika hanya sebatas kebesaran yang tidak mengandung kebenaran atau luapan angan-angan para penyair yang rapuh dan tidak disertai amal perbuatan, maka ucapan yang seperti itu tidak akan memberikan pengaruh dan juga tidak akan menciptakan revolusi pada diri orang yang mendengarnya. Tapi orang yang benar-benar mencintai sang sumber keindahan dan kebaikan, Hadhrat Muhammad Mustafa saw, setiap ucapan yang keluar Dari mulutnya, terucap setelah dia melenyapkan diri tenggelam dalam sumber mata air kecintaan yang suci bersih itu lalu turun kedalam hati dengan membawa warna dan aromanya, lalu menciptakan satu revolusi agung.

Satu kekhasan dalam kecintaan kepada Hazrat Rasulullah saw yakni mengenal kejuwitaan Huzur saw yang hakiki dan menzahirkannya kepada orang-lain. Keindahan-keindahan yang nampak dalam diri para pecinta adalah tersembunyi dari pandangan orang lain, karena itu kecintaan yang terdapat didalam dirinya pun tidak memilih coraknya yang shahih.
Satu tanda kecintaan beliau as terhadap Rasul saw adalah beliau as senantiasa diliputi oleh hasrat untuk selalu mengirimkan shalawat kepada junjunannya Hadhrat Rasulullah saw, sehingga Allah Ta’ala terus meninggikan derajat beliau as setinggi-tingginya. Hanya zat Tuhan lah yang memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas sesuai dengan keadaan dan ukuran, selebihnya merupakan arena untuk meraih kemajuan yang terbentang luas bagi semua. Jadi, menghendaki kemajuan yang sebesar-besarnya bagi Rasulullah saw dan berdoa supaya Allah Ta’ala menyebarkan seluas-luasnya nur beliau saw di dunia ini dan menjauhkan kegelapan dunia dengan perantaraannya merupakan satu tanda kecintaan yang besar terhadap Rasulullah saw. Satu tanda kecintaan terhadap Rasulullah saw adalah, seorang pecinta sejati selalu berupaya untuk memajukan agama Beliau saw dan memberikan jawaban atas segala keberatan yang dilontarkan (berkenaan dengan agama Beliau saw-Pent) dan menyinari dunia dengan kebenaran Beliau saw. Dia tidak akan tinggal diam apabila zat yang memiliki keindahan dan kejuwitaan yang tak terhingga itu ditampilkan buruk. Para penentang Islam berupaya untuk mengotorinya. Seorang pecinta sejati selalu siap untuk mempersembahkan setiap pengorbanannya dalam mengkhidmati dan menjaga agama Islam, sekalipun harus mengorbankan segenap wujud dan jiwanya.

Tahapan terakhir dari ‘isyq adalah membawa kefanaan tadi sampai pada derajat dimana yang tampak dalam wujudnya hanyalah sang kekasih semata. Seolah-olah sang kekasih lah yang telah zahir untuk kedua kalinya dalam wujud atau perangainya, kedatangan sang kekasih telah menjadi kedatangannya, inilah yang dinamakan dengan buruz (bayangan)
Jika kita memperhatikan Hadhrat Masih Mau’ud as dari kelima sisi itu, maka akan nampak kepada kita bahwa Beliau as telah sampai pada derajat ‘isyq kepada Hazrat Rasulullah saw dan derajat itu telah menzahirkan kekhasan tersebut pada derajat yang sempurna. Para waliullah agung telah berlalu didalam umat ini, tapi yang hak adalah dalam hal kecintaan terhadap Hazrat Rasulullah saw, tidak ada orang yang bisa sampai pada tahapan dimana Hadhrat Masih Mau’ud as berada, tidak juga mendekatinya. Sampai-sampai “perwujudan” Rasulullah saw secara utuh zahir pada diri beliau as.

Sekarang saya (penulis) akan uraikan dengan sangat rinci kekhasan itu dengan urutan tersebut, meskipun saya hanya bisa menjelaskan dalam kapasitas yang sangat terbatas dan singkat sesuai dengan kemampuan saya. Untuk menjelaskannya secara shahih diperlukan seorang ‘aasyiq (pecinta) Rasul saw. Sedangkan saya yang lemah ini tidak memiliki hakikat apa-apa.
Berikut ini kami sampaikan beberapa riwayat yang menggambarkan kecintaan Hazrat Masih Mau’ud as kepada Hazrat Rasulullah saw:”
1. Dalam sebuah syair, Beliau as bersabda,” Setelah kepada Tuhan, selanjutnya aku mabuk dalam kecintaan yang mendalam kepada Muhammad Rasulullah saw. jika pada pandangan seseorang, rasa cintaku ini merupakan kekufuran, maka demi Tuhan, aku adalah manusia yang sangat kafir.
2. Saya yang lemah (penulis buku ini) lahir dirumah kediaman Hazrat Masih Mau’ud as. Begitu besarnya anugerah ini sehingga lidah pun terasa berat untuk mengucapkan rasa syukur ini, bahkan yang hak adalah didalam hati pun saya tidak sempat berfikir untuk mengungkapkan rasa syukur ini. Tapi suatu hari saya harus mati dan menyerahkan jiwa ini kepada Tuhan. Demi sang penguasa samawi yang maha wujud dan melihat, aku katakan,” Aku tidak pernah menyaksikan satupun pemandangan dimana apabila disinggung perihal Hazrat Rasulullah saw, bahkan hanya disebut namanya saja, tapi pada mata Hazrat Masih Mau’ud as tidak mengalir air mata. Hati dan fikiran Beliau as, bahkan setiap pembuluh yang ada pada tubuh beliau penuh dengan ‘isyq (kecintaan) kepada junjunannya Hazrat sang penguasa dua alam (akhirat), wujud yang menjadi kebanggaan seluruh makhluk.
3. Suatu ketika Hazrat Masih Mau’ud as berjalan sendiri di dalam mesjid kecil yang berdampingan dengan kediaman Beliau as, yang dinamakan dengan mesjid Mubarak. Beliau as bersenandung dengan suara yang sangat pelan, seiring dengan itu air mata terus mengalir dari mata beliau as. Pada saat itu seorang sahabat yang mukhlis datang dari arah luar dan mendengar senandung itu. Ternyata saat itu Beliau sedang melantunkan sebuah syair sahabat Rasulullah saw yang bernama Hazrat Hassaan bin tsabit yang pernah dibacakan oleh beliau ra pada saat kewafatan Rasulullah saw. Syair itu berbunyi:”
Kuntas sawaada linnaaziriy fa’amiya ‘alaikan naaziru
man syaa’a ba’dakal yamut fa’alailka kuntu uhaadziru
Artinya:” Ya Rasul Allah! Engkau adalah kornea mataku,
karena kewafatanmu hari ini, (mataku) menjadi buta.
Sekarang, siapapun yang akan mati setelah engkau, matilah!
Aku hanya takut dengan kematian engkau, yang benar-benar telah terjadi.
Menurut penjelasan perawi, ketika saya melihat Hazrat Masih Mau’ud as menangis, pada saat itu beliau benar-benar sendiri, dengan rasa segan saya bertanya kepada Beliau as,” Hazrat! Apa yang telah terjadi? Apa yang telah membuat Huzur bersedih? Hazrat Masih Mau’ud as bersabda,” tadi saya sedang membaca sebuah syair Hazrat Hassan bin tsabit ra, lalu timbul hasrat pada diri saya ,”Seandainya syair ini keluar dari mulutku”
Dunia mengetahui bahwa sekeras-kerasnya zaman pernah beliau as lewati, menyaksikan berbagai macam aral melintang, menahan setiap musibah yang menimpa, badai kesulitan telah beliau lalui, beliau as telah merasakan permusuhan dan himpitan dari para penentang yang sudah sampai pada puncaknya, akibatnya beliau pun terpaksa melewati berbagai persidangan atas tuduhan persekongkolan pembunuhan, beliau pun pernah menyaksikan pemandangan kematian anak-anak, kerabat, sahabat, dan orang-orang yang dicintai , tapi beliau tidak pernah menangis dengan gejolak rasa haru yang seperti ini, tapi ketika didalam kesendirian, beliau mengingat syair cinta yang menceritakan tentang kewafatan junjunan beliau, Hazrat Rasul maqbul saw (padahal kewafatannya pun telah berlalu 1300 tahun yang lalu) lalu pada mata beliau seperti layaknya banjir yang mengalir dan dipenuh dengan penyesalan yang meluap keluar, ”Seandainya syair ini keluar dari mulutku” Dengan peristiwa ini, janganlah beranggapan bahwa dalam penzahiran syair Hazrat Hassan tentang kecintaan terhadap Rasul saw ini lebih unggul dari kalam-kalam lainnya, melainkan disebabkan karena kesempurnaan rasa cinta Hazrat Masih Mau’ud as kepada Rasulullah saw, dalam setiap kesempatan penzahiran kecintaan yang luar biasa, dalam hati beliau as selalu timbul keinginan ”Seandainya syair ini keluar dari mulutku”
Dunia mengetahui bahwa sekeras-kerasnya zaman pernah menghampiri Hazrat Masih Mau’ud as, menyaksikan berbagai macam aral melintang, menahan segala jenis musibah, badai kesulitan telah beliau lalui, beliau telah merasakan permusuhan dan himpitan yang sudah sampai pada puncaknya dari para penentang, sampai-sampai beliau pun terpaksa melewati berbagai persidangan atas tuduhan pembunuhan, beliau pun pernah menyaksikan pemandangan kematian anaanak, kerabat, sahabat, dan orang-orang yang dicintai , tapi mata beliau tidak pernah memata-matai gejolak hati beliau (menangis), tapi ketika mengingat syair cinta dalam kesendirian berkenaan dengan kewafatan junjunan beliau, Hazrat Rasul maqbul saw (padahal kewafatannya pun telah berlalu 1300 tahun yang lalu) pada mata beliau seperti layaknya banjir yang mengalir dan hasrat penyesalan beliau yang penuh ini meluap keluar. ”Seandainya syair ini keluar dari mulutku” Dengan peristiwa ini, janganlah beranggapan bahwa dalam penzahiran syair Hazrat Hassan tentang kecintaan terhadap Rasul saw ini lebih unggul dari kalam-kalam lainnya, melainkan disebabkan karena kesempurnaan rasa cinta Hazrat Masih Mau’ud as terhadap rasul saw, dalam setiap kesempatan penzahiran kecintaan yang luar biasa, dalam hati beliau as selalu timbul keinginan ”Seandainya syair ini keluar dari mulutku”
4. Di Qadian ada seorang yang bernama Muhammad Abdullah. Orang memanggilnya dengan sebutan professor. Beliau tidak terlalu terpelajar, tapi sangat mukhlis dan untuk mencari sesuap nasi beliau sering mempertunjukan gambar-gambar berbagai macam pemandangan kepada anak-anak yang masih kecil, Tapi terkadang beliau kehilangan kontrol dalam menjaga emosinya. Suatu ketika dalam majlis dengan Hazrat Masih Mau’ud as, ada seseorag yang menceritakan bahwa seorang penentang di suatu tempat berkata-kata kasar perihal Hazrat Masih Mau’ud as dan melontarkan cacian kepada Huzur. Professor Shahib naik pitam dan berkata,”Jika saat itu saya ada, aku akan pecahkan kepalanya. Secara spontan Hazrat Masih Mau’ud as bersabda,” Tidak, tidak, jangan begitu ajaran kita adalah ajaran sabar dan kelembutan. Saat itu professor shahib bertambah emosi, dengan gejolak emosi berkata,” Ah Shahib! Memangnya kenapa? Jika ada orang yang menghina junjunan tuan (yakni Hazrat Rasulullah saw) maka dengan spontan tuan siap untuk mengirimnya ke jahannam dengan menantangnya bermubahalah. Tapi tuan mengatakan kepada kami jika ada orang yang mencaci tuan dihadapan kami, maka sabarlah! Ini adalah kekeliruan professor shahib saat itu. Siapa yang memiliki kesabaran melebihi kesabaran Hazrat Masih Mau’ud as? Siapa yang ingin melakukannya? Tapi dalam peristiwa singkat ini, terlihat penampakan kecintaan kepada Rasul dan ghairat akan kehormatan Rasul saw, yang jarang kita jumpai permisalannya.
5. Siapa yang tidak mengenal Pandit Lekhram? Dia adalah seorang pemimpin besar sekte Hindu Arya Samaj dan juga seorang musuh Islam yang sangat licik. Lidahnya bergerak seperti gunting dan memotong seperti pisau dalam menentang Islam dan pendiri Islam yang suci (Hazrat Rasulullah saw). Seumur hidupnya, dia tidak pernah lelah untuk menentang Hazrat Masih Mau’ud as dan melontarkan cacian yang sekotor-kotornya kepada Islam dan pendirinya suci, tapi dalam setiap kesempatan Hazrat Masih Mau’ud as selalu memberikan jawaban-jawaban yang jitu (atas keberatan-keberatan yang dia sampaikan) yang selalu membuatnya bungkam seribu bahasa. Tapi orang ini tidak pernah berhenti. Pada akhirnya, pertarungan Hazrat Masih Mau’ud dengan Pandit Lekhram ini berakhir dengan satu tantangan mubahalah dari Hazrat Masih Mau’ud as yang akibatnya sang Pandit meninggal dunia dengan membawa ribuan kedengkian didalam dadanya setelah melihat kemajuan Hazrat Masih Mau’ud as yang sangat gemilang. Satu peristiwa berkenaan dengan Pandit Lekhram. Suatu ketika Hazrat Masih Mau’ud dalam safar, sedang menunggu kereta api di sebuah stasiun, pandit Lekhram pun lewat ditempat yang sama dan mengetahui bahwa Hazrat Masih Mau’ud as sedang berada di tempat tersebut. Dengan licik dan didorong bara api kebencian didalam dirinya dia datang kehadapan Hazrat Masih Mau’ud as. Pada saat itu Huzur as sedang berwudlu untuk mendirikan shalat. Pandit Lehram muncul di hadapan Beliau as menyampaikan salam dengan cara Hindu, tapi Hazrat Masih Mau’ud as tidak menjawab sepatah kata pun. Seolah-olah beliau as tidak melihatnya. Setelah itu sang Pandit berpindah ke posisi lain untuk menyampaikan salamnya yang kedua kali, tapi Hazrat Masih Mau’ud as tetap terdiam, lalu sang Pandit putus asa dan pergi kembali. Seseorang berfikir, mungkin Hazrat Masih Mau’ud as tidak mendengar ucapan salam Pandit Lekhram, dia bertanya kepada Huzur as,”Tadi ada pandit Lekhram dan menyampaikan salam kepada Huzur” Dengan penuh ghairat Hazrat Masih Mau’ud as bersabda,” Dia telah melontarkan banyak cacian kepada junjunan saya (Hazrat Rasulullah saw), disisi lain menyampaikan salam kepada kami!!!?
6. Peristiwa serupa, jalsah Lahore yang bertempat di daerah wucchu wali. Golongan Arya mengadakan sebuah jalsah (acara) di Lahore yang sekaligus mengundang berbagai agama dan firqah untuk ikut serta didalamnya dan meminta Hazrat Masih Mau’ud untuk menulis dan menyampaikan satu topik dalam kesempatan jalsah Internasional tersebut dan juga mereka berjanji tidak akan menyampaikan hal-hal yang bertentangan dengan kesopanan dan memojokkan suatu agama. Dalam menindak lanjuti undangan tersebut, Hazrat Masih Mau’ud as mengutus sahabatnya yang terpilih, Hazrat Maulwi Nuruddin Shahib yang dikemudian hari menjadi Khalifah pertama, bersama dengan banyak sekali anggota jemaat ke Lahore dengan membawa sebuah karya tulis beliau as yang didalamnya dijelaskan dengan sangat menarik berkenaan dengan “Keindahan-keindahan Islam” yang penuh dengan kejuwitaan.Tapi ketika tiba giliran kelompok Hindu Arya untuk membacakan karya tulisnya, seorang hamba Tuhan telah melupakan janji-janji kaumnya dan justru sebaliknya, melontarkan cacian kotor untuk menentang Rasul suci saw dan begitu kotornya cacian yang dituduhkan, astaghfirullah. Ketika Hazrat Masih Mau’ud mengetahui perihal program yang telah berlangsung didalam jalsah tersebut, sepulangnya tim perwakilan Jemaat ke Qadian, beliau as sangat marah kepada hazrat maulwi Nuruddin ra dan para ahmadi lainnya, dengan kemarahan yang berkecamuk, berkali-kali Beliau as mmengatakan,” Kenapa kalian tetap duduk di dalam majlis yang didalamnya Rasulullah saw di caci maki dan dihina”? Kenapa tidak spontan pergi dari majlis tersebut? Bagaimana ghairat kalian bisa tahan, duduk terdiam dan mendengarkan junjunan kalian (Rasulullah saw) dicaci maki? Kemudian dengan penuh suara lantang beliau as membaca ayat Al- Qur’an yang berbunyi :”Idza sami’tum aayaatillaahi yukfaru bihaa wa yustahza’u bihaa falaa taq’uduw ma’ahum hattaa yakhuudluu fii hadiitsin ghairihii
Artinya:” Wahai orang-orang mukmin! Jika kalian mendengar tanda-tanda Tuhan diingkari secara zalim dan dijadikan bahan tertawaan, maka bangkitlah kalian dari majlis-majlis yang seperti itu sampai mereka memilih bahan pembicaraan lain yang beradab.
Hazrat Maulwi Nuruddin juga berada dalam majlis itu, setelah mendengar sabda Hazrat Masih Mau’ud as tersebut beliau ra tertunduk malu dan penuh dengan penyesalan, bahkan setelah mendengarkan sabda Hazrat Masih Mau’ud as yang sangat menggugah tersebut, seluruh hadirin yang hadir merasa malu dan diliputi rasa penyesalan yang dalam.
7. sebagian besar sahabat mengenal Almarhum Khan Bahadur Mirza Sultan Ahmad Shahib. Beliau adalah putra tertua Hazrat Masih Mau’ud as yang lahir dari perut istri pertama Beliau as, beliau seorang pensiunan pegawai dapti komissioner (jabatan pemerintahan di india) dan memiliki pengalaman yang sangat luas dalam segala hal. Selama Hazrat Masih Mau’ud as hidup, beliau tidak pernah baiat kepada beliau as, bahkan hidup memisahkan diri dari Huzur as dan berkomitmen untuk menjadi penentang yang berasal dari keluarga (Hz Masih Mau’ud), meskipun beliau baiat masuk ke dalam jemaat pada zaman Hazrat Khalifatul masih Tsani. Begitulah akhirnya, beliau menggenapi kami tiga bersaudara menjadi empat. Singkat cerita, ketika Khan Bahadur Miirza Sultan Ahmad masih berstatus ghair ahmadi. Suatu ketika terfikir oleh saya untuk sedikit bertanya kepada beliau (Khan Bahadur Miirza Sultan Ahmad) berkenaan dengan akhlak dan kebiasaan Hazrat Masih Mau’ud as pada zaman permulaan. Atas pertanyaan saya, beliau menjawab:”
“ Saya melihat sesuatu yang khas dalam diri ayah saya (Hazrat Masih Mau’ud as) yakni, Beliau tidak akan tinggal diam apabila ada orang yang menentang Hazrat Rasulullah saw, sekalipun perihal yang sepele. Jika ada orang yang mengatakan sesuatu yang menentang keluhuran Hazrat Rasulullah saw, sekalipun itu hal yang biasa, maka wajah ayah menjadi memerah dan mata beliau mulai berubah karena diliputi amarah lalu beliau segera meninggalkan majlis yang seperti itu. Ayah saya sangat mencintai Rasulullah saw dan saya belum pernah melihat kecintaan yang seperti itu pada diri orang lain. Mirza Sultan Ahmad Shahib selalu mengulang-ulang hal tersebut”
Ini adalah kesaksian orang yang tidak pernah baiat kepada beliau as, yang telah melihat kehidupan Hazrat Masih Mau’ud dari semenjak beliau as masih remaja sampai akhir hayatnya. Orang (Mirza Sultan Ahmad Shahib ) yang telah wafat pada usia 80 tahun, yang disebabkan karena pergaulannya yang sangat luas, dengan jabatan yang terhormat, jasa-jasa pengkhidmatannya yang mulia dan hubungan sosialnya dengan yakni bisa mengatakan:”
Yang artinya :” bahwa di dunia ini saya telah berhubungan dengan berbagai tipe karakter manusia”
Tapi dalam kehidupan Hazrat Masih Mau’ud as, meskipun seorang ghair ahmadi, dari kesaksian (dalam pergaulan) seumur hidupnya, selain mengatakan hal ini tidak ada kesimpulan lain yakni:”Ayah sangat mencintai Hazrat Rasulullah saw dan saya belum pernah melihat kecintaan yang seperti itu pada diri orang lain”
8. Suatu hari terjadi perbincangan didalam lingkungan keluarga Hazrat Masih Mau’ud as. Saat itu karena sakit, beliau as berbaring diatas carpaiy (ranjang dari kayu dan untaian tali di India) di rumah beliau as. Hazrat Amma Jaan nawwarallaahu marqadaha dan kakek beliau as dari pihak ibu yang bernama Almarhum Hazrat Mir Nasir Nawab Shahib sedang duduk-duduk disana. Mulailah perbincangan mengenai ibadah haji. Sang kakek mengatakan :”Saat ini banyak kemudahan untuk melaksanakan ibadah haji, kita hendaknya pergi menunaikan ibadah haji. Seketika teringat dibenak Hazrat Masih Mau’ud untuk ziarat ke haramain syarifain (tanah suci), mata beliau as berlinang penuh dengan air mata, sehingga berkali-kali beliau as mengeringkan air mata dengan jari tangan. Setelah mendengar perkataan sang kakek, beliau as bersabda,” Memang sebaiknya demikian dan kami pun berkeinginan untuk itu. Tapi saya selalu berfikir “Apakah saya akan mampu (tahan) melihat makam Hazrat Rasulullah saw”?
9. Disebabkan oleh kecintaan kepada Hazrat Rasulullah saw, beliau as pun sangat mencintai keluarga, putra-puteri dan sahabat-sahabat beliau. Sebagaimana, ketika tiba bulan muharram, saat itu hazrat Masih Mau’ud sedang berbaring pada carpaiy (ranjang yang terbuat dari kayu dan untaian tali), lalu beliau as memanggil kakak ipar kami Mubarakah Begum sallamaha, saudara kami dan putra yang paling bungsu Almarhum Mubarak Ahmad, lalu beliau as bersabda,” Marilah! Aku ceritakan pada kalian peristiwa yang terjadi pada bulan muharram! Kemudian dengan penuh rasa haru beliau as menceritakan peristiwa syahidnya Hazrat Imam Husain ra dan terus menceritakannya. Seiring jalannya cerita, air mata pun tak berhenti menetes dari mata beliau as, sehingga beliau as terus mengeringkan air mata dengan jari-jari beliau. Setelah selesai menceritakan peristiwa yang mengharukan itu, sambil bergetar beliau as bersabda,” Si Yazid yang jahatlah yang telah merencanakan kezaliman kepada cucu nabi karim saw itu. Tapi dengan cepatnya Tuhan telah mengazab orang-orang yang zalim itu. Saat itu beliau as diliputi oleh suasana yang aneh dan setelah mengingat peristiwa syahidnya belahan jiwa junjunan Nabi Karim saw yang sangat mengiris hati itu, disebabkan oleh kecintaan yang mendalam kepada Rasul suci saw, hati beliau as dicekam oleh rasa gundah. Sebagaimana beliau mengungkapkan isi hati beliau sendiri kepada hazrat Rasulullah saw yang dituangkan dalam satu syair, yang berbunyi:”
Demi wajah engkau, ahmadku yang tercinta
Demi engkau, kami mennanggung semua ini berkali-kali
Setiap zarrah mati karena dipenuhi dengan kecintaan kepadamu
Kami telah menyemaikan sebuah kota didalam dada kami
10. buah dari rasa cinta yang mendalam Hazrat Masih Mau’ud as kepada junjunan sang junjunan saw adalah setiap syair puji sanjungan yang beliau as tulis untuk melukiskan kebesaran hazrat Rasulullah saw seperti halnya sarang madu, disebabkan karena berlimpahnya madu didalam sarang tersebut, sehingga meluap dan meneteskan tetesan madu yang bisa mensucikan. Sebagaimana beliau tuangkan dalam satu syair berbahasa farsi yang beliau lukiskan dalam curahan hati yang sangat romantis, artinya:”

Tuhan telah melimpatkan nur yang ajaib dalam wujud Muhammad saw, telinga beliau yang berberkat telah dipenuhi dengan perhiasan yang sangat istimewa. Wahai orang-orang yang ingkar! Jika kalian menginginkan bukti dalil untuk kebenaran Muhammad saw, sangatlah banyak. Tapi sebagai jalan pintas, “masuklah” kedalam para pecintanya! Karena dalil yang paling besar untuk kebenaran Muhammad adalah wujud Muhammad itu sendiri. Demi Allah! Jika seandainya aku di iris-iris pada jalan engkau lalu potongan-potongan tubuhku dibakar dan dijadikan debu, maka tetap saja aku tidak akan pernah memalingkan wajah dari pintumu. Wahai jiwanya Muhammad! Aku korbankan jiwaku demi engkau. Engkau telah menyinari perhiasanku dengan kecintaanmu.
11. Begitu juga dalam sebuah syair berbahasa arab, beliau as melukiskan perasaannya kepada Rasulullah saw, sebagai berikut:”
Unzur ilayya birohmatin wa tahannunin
Yaa sayyidiy ana ahqarul ghilmaan
Yaa hibbi innaka qad dakholta mahabbatan
Fii muhjatiy wa madaarikiy wa janaanii
Min zikri wajhika yaa hadiiqata bahjatiy
Lam akhlu fii lahzin wa laa fii aan
Jismiy yatliiru ilaika min syauqin ‘alaa
Yaa laita kaanat quwwatut tloyaraanii

Artinya:” Wahai junjunanku! Lihatlah padaku dengan penuh kasih sayang
Aku abdimu yang paling hina
Wahai orang yang kucintai! Kaulah yang telah menyerapkan cinta
Kedalam jiwa ragaku dan sukmaku
Wahai kebun hatiku, aku selamanya ingat kepadamu
Sesaatpun aku tak pernah melupakanmu
Jasadku ingin terbang kepadamu karena teramat rindunya
Wahai, aku tak berdaya untuk terbang

Bagaimana luapan gejolak rasa cinta, kerinduan, rintihan dan pengorbanan yang nampak pada diri Hazrat Masih Mau’ud kepada Hazrat Rasulullah saw dalam syair ini, tidak memerlukan penjelasan lagi. Semoga para pemuda-pemudi ahmadi kita berupaya untuk menggugah hatinya dengan percikan api kecintaan ini dan juga semoga saudara-saudara ghair ahmadi kita bisa mengenal ketinggian wujud agung ini, yang berkenaan dengan itu, junjunan dan panutan kita Hazrat Khataman nabiyyiin saw bersabda:”

Yudfanu ma’iya fii qabriy
Artinya:” aku dan Al-masih yang akan datang akan memiliki banyak kesamaan dan ikatan yang begitu dalam sehingga setelah kewafatannya, ruhnya akan dikuburkan beserta ruhku.
12. Buah yang akan diraih dari ‘isyq (kecintaan) pasti selalu zahir dalam bentuk pengorbanan, (fidaiyat) kerinduan dan ghairat. Semua gejolak perasaan ini kita jumpai dalam diri Hazrat Masih Mau’ud as pada derajat yang sempurna. Suatu ketika beliau as menjelaskan berkenaan dengan keberatan-keberatan yang penuh kedustaan dan kekotoran yang dilontarkan oleh para pendeta Kristen kepada zat dan sifat-sifat Hazrat saw. Beliau as bersabda:
“Para missionary Kristen melontarkan banyak sekali tuduhan palsu untuk menentang Rasul kita saw dan dengan perantaraan kedustaan ini mereka menyesatkan banyak sekali umat manusia. Tidak pernah sesuatu benda melukai hatiku seperti halnya olok-olokan dan caci makian mereka yang terus dilontarkan untuk (merendahkan-pent) keagungan Rasul suci saw. Kezaliman, laknat dan cacian yang mereka lontarkan kepada zat dan sifat-sifat Hazrat Khairul Bashar (manusia yang terbaik) sangat melukai hatiku. Demi Tuhan! Jika seandainya seluruh anak keturunanku, sahabat-sahabat dan para asisten dan pegawaiku (mu’awin madadgaar) dibunuh didepan mataku, tangan kakiku juga dipotong, bola mataku dicungkil, lalu semua yang menjadi maksud dan tujuanku di mahrumkan dariku, dan semua kebahagiaan dan ketentramanku dilenyapkan, maka semua hal ini tidak akan lebih menyedihkan bagiku dibandingkan dengan luka hati pada saat Rasul Akram saw dihujani dengan kekotoran seperti itu. Walhasil, wahai junjunan samawiku! Pandanglah kami dengan pandangan rahmat dan pertolongan dan selamatkanlah kami dari ujian yang sangat berat ini.
13. Begitu juga pada kesempatan lain Beliau as menjelaskan berkenaan dengan keberkatan dan kesucian Hazrat Rasulullah saw:
“Begitu banyaknya saya yang lemah ini mengirim shalawat kepada Hazrat Rasulullah saw pada suatu malam, sehingga hati dan jiwaku menjadi wangi karenanya. Pada malam itu juga aku melihat dalam mimpi, para malaikat datang ke rumah saya dengan membawa kantong yang berisikan nur dalam wujud air suci yang menyembuhkan. Salah seorang dari antara malaikat berkata kepadaku:” Inilah keberkatan-keberkatan yang telah engkau kirimkan kepada Muhammad saw”.
Maksudnya adalah begitu mendalamnya kecintaan Hazrat Masih Mau’ud as kepada Hazrat Rasulullah saw, sehingga tidak akan kita jumpai permisalannya. Jiwa beliau benar-benar menjadi halus lembut dalam kecintaan ini. Kami telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mendengar dengan telinga kami, merasakan dengan perasaan lahir dan batin bahwa beliau selalu mengorbankan setiap zarrah-zarrah yang terdapat dalam diri beliau as demi Muhammad, Tuhannya Muhammad dan agama Muhammad saw.

Penerjemah: Mahmud Ahmad Wardi
Penulis: Mukarram Mirza Abdul haqq Shahib advokat, Amir Daerah, Nazir Da’wat o Tabligh Sadr Anjuman Ahmadiyah Qadian Punjab, India
Kutipan dari Buku Berbahasa urdu yang berjudul:1. Kecintaan Hazrat Masih Mau’ud as Kepada Hazrat Rasulullah saw 2. Kecintaan Hazrat Masih Mau’ud as Kepada Hazrat Rasulullah saw yang disampaikan pada kesempatan Jalsah Salanah Qadian Januari 1967

Tidak ada komentar:

Jubilee Khilafat

Love For All...

Ayaddahu Biruhil Qudus

Harap Kembali, pintu selalu terbuka.

Jazakumullah ahsanal jaza... Terimakasih atas kunjungannya, semoga diberkahi dan lain kali berkunjung kembali.