Al Qur’an Sumber Hidayah & Keselamatan

Setelah membaca tasyahhud dan menilawatkan surat Al Fatihah Huzur V atba bersabda (Khutbah Jum'ah tanggal 16 Desember 2011):

     Dengan karunia Allah swt anak-anak kita pada umumnya, masya Allah, sejak kecil telah menamatkan tilawat Al Qur’an. Ibu-ibu mereka yang selalu banyak memikirkan agar anak-anak mereka secepat mungkin dapat  menamatkan tilawat Al Qur’an dengan sangat giat sekali mengajar mereka.  Di sini dan di beberapa negara juga ketika saya mengadakan lawatan ke sana, anak-anak dan juga para orang tua mereka sangat ingin sekali untuk mengadakan acara Amin (acara khatam Al Qur’an) di hadapan saya dan di waktu itu anak-anak membacakan beberapa buah surah terakhir dari Al Qur’an di hadapan saya. Akan tetapi saya sempat menyaksikan situasi setelah menamatkan Al Qur’an, pada umumnya orang tua kurang perhatian bahkan tidak ada usaha yang sungguh-sungguh agar anak-anak mereka mengulangi dan membaca Alquran secara tetap atau dawam setiap hari, tidak seperti usaha keras yang dilakukan sebelumnya untuk menamatkan Al Quranul Karim. Ketika saya secara langsung bertanya kepada anak-anak mereka apakah tilawat Al Qur’an dilakukan setiap hari atau tidak? Maka pada umumnya mereka memberi jawaban yang tidak pasti bahwa mereka melakukan tilawat setiap hari. Padahal setelah anak-anak mereka menamatkan Al Qur’an juga ibu bapak mereka harus mengawasi dengan sungguh-sungguh dan harus menjadi pemikiran agar anak-anak mereka membiasakan diri membaca Al Qur’an dengan dawam setiap hari.
     Maka janganlah memikirkan hanya sebatas untuk menamatkan Al Qur’an saja melainkan sesudah menamatkannya-pun harus melakukan pengawasan dan bimbingan agar anak-anak membiasakan diri untuk membacanya setiap hari. Memang usaha untuk khatam Al Qur’an adalah pekerjaan yang penting sekali. Banyak para Ibu rumah tangga berusaha mengajar anak-anak mereka untuk menamatkan Al Qur’an diwaktu anak-anak mereka masih kecil baru berumur lima atau enam tahun. Dan pekerjaan itu betul-betul menuntut semangat dan usaha keras. Dan sebagaimana telah saya katakan bahwa membiasakan anak untuk terus membacanya secara dawam adalah lebih penting lagi.
 
     Beberapa hari yang lalu saya menerima sepucuk surat dari seorang Ibu rumah tangga yang menceritakan kisah Ibu saya katanya; Saya sangat bersyukur sekali kepada beliau yaitu ketika saya membawa anak saya kepada beliau dan dengan rasa bangga saya memberitahu beliau bahwa saya telah berusaha keras mengajar anak ini untuk menamatkan Al Qur’an dalam umur enam tahun. Mendengar perkataan saya itu beliau berkata; “Menamatkan Al Qur’an pada umur lima atau enam tahun bukanlah suatu perkara yang patut dibanggakan. Namun saya ingin tahu sampai dimana usaha anda untuk menanamkan rasa cinta terhadap Al Qur’an didalam hati anak ini.” Jadi, hakikatnya adalah sambil mengajar membaca Al Qur’an menanamkan benih kecintaan terhadap Al Qur’an didalam kalbu anak sangat penting sekali. Barulah didalam hati anak itu akan timbul semangat dan rasa ingin untuk selalu membaca Al Qur’an. Dan dizaman sekarang ini banyak sekali benda-benda yang dapat memikat perhatian anak-anak, misalnya TV, internet dan bermacam jenis buku-buku bacaan. Ditengah-tengah kehadiran beraneka ragam benda yang menarik perhatian itu, membaca Al Qur’an secara dawam setiap pagi setelah salat subuh dengan sendirinya akan membangkitkan pengertian terhadap pentingnya Kitab Suci Al Qur’an. Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga telah mengingatkan kita bahwa dizaman sekarang ini dimana terdapat berbagai jenis benda yang memikat hati, seperti berbagai jenis kitab yang menarik, munculnya penemuan-penemuan tentang berbagai jenis ilmu pengetahuan atau science, membaca Al Qur’an setiap hari secara dawam akan dirasakan sangat penting sekali. Jadi dalam situasi demikian kita harus meningkatkan perhatian untuk membaca Kitab Suci Al Qur’an sebanyak mungkin. Kecintaan anak-anak terhadap Al Qur’an baru akan timbul apabila kedua orang tua mereka sudah betul-betul terbiasa membaca Al Qur’an sambil merenungkan pengertian dan ajaran-ajarannya secara dawam. Dengan sendirinya anak-anak-pun akan ikut menaruh perhatian terhadap pentingnya membaca Al Qur’an.
     Apabila setiap rumah keluarga Ahmadi setiap pagi setelah salat subuh atau jika dimusim dingin karena harus segera pergi ketempat kerja, membaca Al Qur’an dapat dilakukan sebelum salat subuh secara dawam, maka rumah itu akan penuh dengan berkat-berkat yang ditimbulkan oleh Kitab Suci Al Qur’an, dan hati anak-anakpun akan tergerak menaruh perhatian kearah itu. Anak-anak juga akan berusaha melangkahkan kaki mereka diatas jalan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang mukmin. Dan semakin besar pertumbuhan fisik anak itu akan semakin meningkat timbulnya perasaan didalam kalbu mereka terhadap nilai keagungan dan kecintaan terhadap Al Qur’an. Dan jika kita membaca Al Qur’an secara dawam sambil memahami dan merenungkan ajaran-ajarannya dan dirumah-rumah orang Jema’at dimana suami isteri membaca Al Qur’an karena Allah swt dan dengan penuh kecintaan disana setiap orang akan menyaksikan berkat-berkatnya bahwa anak-anak mereka itu menjadi wujud-wujud yang berguna bagi Jema’at. Tarbiyyat mereka juga akan bernilai tinggi. Sungguh hal itulah yang harus diusahakan dengan penuh perhatian oleh setiap orang ahmadi dan menjadikannya bahagian dari kehidupannya.
     Pada zaman ini Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah berusaha sangat keras untuk menciptakan hal seperti itu dikalangan kita dan itulah juga maksud kedatangan beliau kedunia, agar kita dapat menampilkan Al Qur’an sebagai Kitab yang paling luhur dan paling mulia. Dan itulah Kitab yang sangat terhormat yang tidak ada tadingannya. Kita menghormati Al Qur’an tidak hanya sebatas menyimpannya didalam lipatan kain yang sangat indah, ditempatkan didalam lemari yang indah atau didalam kotak khas yang indah seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Islam lain. Penghormatan dan kecintaan terhadap Al Qur’an yang paling utama adalah berusaha mengamalkan ajaran-ajarannya dengan penuh perhatian, membuat perintahnya dan larangannya menjadi bahagian dari kehidupan kita. Perkara apapun yang dilarang Allah swt harus kita tinggalkan dan apa yang diperintahkan untuk mengamalkannya kita harus berusaha mengamalkannya dengan segala kekuatan dan kemampuan kita. Kita harus menilawatkan Al Qur’an disertai dengan perasaan takut di dalam hati kita kepada Allah swt. Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskan pentingnya Kitab Suci Al Qur’an baik di dalam berbagai buku beliau, di dalam Malfuzat maupun di dalam majlis-majlis yang beliau selenggarakan. Dan beliau menjelaskan harapan-harapan beliau seperti itu dari setiap orang yang bai’at kepada beliau atau setiap orang ahmadi. Pendeknya, sangat diperlukan sekali agar setiap rumah orang-orang ahmadi dipenuhi dengan berkat-berkat tilawat Al Qur’anul karim. Dan sangat penting sekali membaca Al Qur’an sambil menelaah terjemahnya agar hukum-hukumnya dapat dipahami dengan baik. Dirumah-rumah orang Ahmadi harus diusahakan membaca Al Qur’an dengan terjemahnya dan bukan hanya membiasakan tilawatnya saja bahkan di dalam rumah hendaknya di bentuk sebuah majlis kecil untuk menjelaskan perkara-perkara yang mudah dan sederhana dari Al Qur’an dihadapan anak-anak, hal itu pasti akan menimbulkan semangat didalam hati anak-anak untuk membaca Al Qur’an.
     Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menyatakan betapa pentingnya memahami terjemah sembahyang dan membaca terjemah Al Qur’an. Akan tetapi beliau tidak mengizinkan hanya membaca terjemahnya saja tanpa membaca tulisan atau text Arabnya. Beliau a.s. bersabda; ”Sekali-kali kami tidak memberi izin membaca Al Qur’an hanya terjemahnya saja, tanpa membaca text Arabnya. Cara demikian kehormatan Al Qur’an akan menjadi batil. Orang-orang yang berkata bahwa cukuplah membaca Al Qur’an hanya terjemahnya saja, berarti mereka menghendaki agar Al Qur’an lenyap dari atas muka bumi. Mu’jizat Al Qur’an terletak pada bentuk dan wujudnya yang asli.” Begitulah mu’jizat Al Qur’an dan ia sangat  besar kedudukannya. Dan memang telah diumumkan oleh Allah swt yakni Inna nahnu nazalna dzikro wa inna lahu lahaafizuun artinya Kamilah yang telah menurunkan zikir (Al Qur’an) ini dan sesungguhnya Kamilah pula yang menjaganya. Mu’jizat Al Qur’an ini sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda adalah, terus berjalan sampai sekarang dalam tulisan asli Arabnya. 
Bagaimanapun kerasnya para pengkritik dan para penentang Islam, mereka tidak dapat membantah kenyataan bahwa wujud Al Qur’an ini dalam bentuk dan tulisan aslinya sampai sekarang tetap terpelihara dengan utuh, tidak mengalami perubahan sedikitpun. Jika orang-orang mulai bersikeras membaca Al Qur’an hanya terjemahnya saja, kita sekarang telah menyaksikan banyak sekali terjemahnya yang berbeda-beda. Dan apabila kita menyampaikan terjemah Al Qur’an yang kita lakukan kepada dunia, mereka mengakui bahwa terjemah ini sungguh baik dan berbeda dari yang lain. Sebab para penterjemah lain tidak melakukannya dengan benar dan tepat. Seorang Padri besar dan terkenal di Amerika yang keras mengkritik Al Qur’an telah banyak memperoleh berbagai macam terjemah Al Qur’an bersama text Arabnya, dan dia mengajukan banyak protes dan mengkritik apa yang telah diajarkan oleh Islam dan oleh Al Qur’an. Namun ketika kami mengirimkan tafsir Al Qur’an kepadanya, ia diam tidak memberi jawaban apa-apa. Setelah lama didesak iapun berkata: Apa yang telah saya terjemahkan orang-orang Muslim juga menterjemahkannya demikian. Alhasil, Hazrat Masih Mau’ud-lah yang telah menterjemahkan Al Qur’an bagi kita sangat tepat sekali dengan makna yang terdapat didalam text arabnya. Dan beliau telah mengajarkan makna dan pengetahuan yang sungguh tepat dan benar kepada kita.
     Di sini sambil lalu saya ingin memberitahu para hadirin bahwa beberapa hari yang lalu ada seorang yang mengeritik Jema’at Ahmadiyah katanya; Jika benar Mirza Sahib seorang Nabi, mengapa beliau berkata kepada para pengikut beliau; Ikutilah ajaran Imam Abu Hanifah. Jawaban terhadap kritikan ini telah banyak ditulis didalam buku-buku beliau, namun sama sekali beliau tidak mengatakan; Ikutilah faham Imam Abu Hanifah. Akan tetapi saya berkata sesuai dengan ajaran Al Qur’an dimana terdapat sebuah referensi tentang itu. Didalam sebuah Majlis Hazrat Masih Mau’ud a.s. seseorang telah mengingatkan bahwa didalam Mazhab Abu Hanifah membaca Al Qur’an hanya terjemahnya saja dianggap sudah cukup. Atas pernyataan itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: Jika hal itu merupakan mazhab Imam ‘Azam (Imam Abu Hanifah) maka beliau telah melakukan kesalahan. Sekalipun beliau seorang Imam dan beliau banyak melakukan pengkhidmatan besar terhadap Islam dan beliau telah mengumpulkan banyak sekali masalah agama, akan tetapi jika beliau mengatakan membaca Al Qur’an hanya membaca terjemahnya saja sudah cukup, beliau telah berbuat kesalahan. Walhasil pada zaman ini Allah swt telah mengutus Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. sebagai sarana untuk menjaga keutuhan Kitab Suci Al Qur’an. Beliau telah memberi banyak sekali anjuran berupa nasihat diberbagai tempat kepada Jema’at beliau untuk berusaha memahami dan mencintai Kitab Suci Al Qur’anul Karim. Pada salah satu tempat beliau as bersabda; “Qur’an Syarif, adalah Hukum Ilahi dan sarana untuk meraih keselamatan.”Secara umum sudah menjadi ketetapan bahwa Al Qur’an Syarif adalah sebuah Undang-undang Ilahi. Dan merupakan sarana untuk meraih keselamatan. Kita telah menyaksikan undang-undang duniawi, hanya dengan menjadikan undang-undang saja ia tidak memberi faedah apapun jika ia tidak diterapkan atau diberlakukan semestinya. Begitu juga undang-undang Al Qur’an akan membawa faedah dan akan memberi keselamatan apabila ia diamalkan. Jika tidak diamalkan ia tidak menjamin akan memberi keselamatan. Jika Al Qur’an hanya dibaca saja dan tidak diamalkan ajarannya ia tidak akan memberi keselamatan, keridhaan Allah swt juga tidak akan dapat diperoleh dan kita tidak akan menjadi waris anugerah nikmat-nikmat dan berkat-berkat-nya dari Allah swt. Jadi memahami ajaran-ajaran Al Qur’anul Karim dan dengan cermat mengamalkannya sangat penting sekali.
     Di satu tempat beliau a.s. bersabda; ”Ingatlah, Qur’an Syarif adalah sumber berkat sejati dan sarana untuk meraih keselamatan. Orang-orang yang membaca  Qur’an Syarif dan tidak mengamalkan ajaran-ajarannya ia telah melakukan kesalahan bagi dirinya sendiri. Ada sebuah kelompok manusia yang tidak bersedia mengamalkan ajarannya sebab mereka tidak memiliki keyakinan sedikitpun bahwa Al Qur’an adalah Kalam Allah swt. Mereka itu telah terhempas jauh dari kebenaran. Akan tetapi orang-orang yang beriman dan yakin bahwa Al Qur’an adalah Kalam Allah swt dan Al Qur’an adalah sarana untuk meraih syafa’at dan keselamatan, namun jika mereka itu tidak mengamalkan ajarannya tentu sangat mengherankan dan sangat disesalkan sekali. Diantara mereka itu banyak sekali orang-orang yang tidak pernah membaca Al Qur’an sepanjang hidup mereka. Orang yang lalai dan tidak menghiraukan Kalam Ilahi seperti itu, keadaannya adalah seperti orang yang sudah tahu betul ada sumber mata air yang sangat jernih dan bening, berkhasiat dan dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, ia sudah mengetahuinya dengan yakin, namun ia tidak juga pergi ke tempat itu untuk mengambil air sekalipun, dia sedang ditimpa banyak sekali penyakit dan ditimpa kehausan. Hal itu menunjukkan betapa malang nasibnya dan bodoh orang itu. Seharusnya ia meletakkan mulutnya ke dalam air itu dan meminum serta menikmati sekenyangnya air yang dapat menyembuhkan penyakit dan membawa kehidupan kepadanya. Namun sebaliknya, sekalipun mengetahuinya ia tetap menjauh dari mata air itu seperti orang yang sama sekali tidak mengetahuinya. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita melalui amanat Hazrat Masih Mau’ud a.s. yang penuh dengan hikmah ini untuk mengamalkan ajaran Kitab Suci Al Qur’an dan semoga Dia memberi taufiq kepada kita untuk memahaminya dengan sebaik-baiknya.
     Tuntutan bai’at sejati kita akan dapat terpenuhi apabila kita menerapkan ajaran-ajaran Al Qur’an diatas diri pribadi kita. Diantara ajaran Al Qur’anul Karim yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu menjauhkan diri dari setiap keburukan dan berusaha mengamalkan setiap kebaikan yang telah disebutkan didalamnya. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda; ”Al Qur’anul Karim tidak menginginkan terhadap manusia yang hanya karena telah menjauhkan diri dari keburukan, ia menganggap dirinya telah sempurna dan telah berbuat sesuatu yang sangat istimewa. Melainkan Al Qur’an menginginkan agar manusia memperoleh martabat rohani yang agung dan menyandang akhlak karimah yang sangat luhur. Dan melakukan kebaikan-kebaikan yang bermutu tinggi yang dapat menciptakan rasa simpati dikalangan sesama umat manusia. Sehingga natijahnya Allah swt ridha kepadanya. Jadi jika manusia mempunyai kecintaan hakiki terhadap Al Qur’anul Karim maka dengan sendirinya ia akan berusaha untuk meraih kedudukan seperti itu dan ia juga akan berusaha membawa anak-anaknya sampai ketingkat seperti itu. Sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda; ”Mencegah keburukan dan kejahatan bukan suatu keistimewaan. Berhenti dari suatu gerak-gerik yang buruk atau berhenti dari suatu keburukan bukanlah suatu hal yang istimewa. Dan jangan hanya sampai disitu yang menjadi target kita melainkan harus jauh lebih besar dari itu. Dan kita harus berusaha untuk meraihnya, yakni semua kebaikan yang telah dikemukakan oleh Al Qur’an kita harus menerapkannya diatas diri kita. Maka jika laki-laki atau perempuan tua dan muda semua berusaha menerapkannya maka natijahnya pasti akan berdiri sebuah kelompok masyarakat yang suci bersih. Dan akan berdiri sebuah kelompok masyarakat yang dikehendaki oleh Islam. Sehingga dimasa yang akan datang mulut orang-orang yang selalu melemparkan tuduhan dan kritikan terhadap ajaran Al Qur’an dan terhadap Islam akan tersumbat atau bungkam. Di sini ada dua orang perempuan terkenal yang mengajukan keberatan dan tuduhan yang melampaui batas terhadap undang-undang Islam melalui ceramah-ceramah mereka diberbagai tempat di negeri ini. Beberapa hari yang lalu melalui Khudamul Ahmadiyah UK telah mengadakan pertemuan berupa perdebatan dengan mereka di UCL (University College London) yang diselenggarakan oleh para tokoh di Universitas itu. Di dalam perdebatan itu kedua orang perempuan itu telah mengemukakan keberatan dan tuduhan-tuduhan yang melampaui batas terhadap undang-undang Islam menurut pendapat mereka sendiri. Khudam kita diantaranya berasal dari Pakistan yang sedang belajar di Jamiah Ahmadiyah UK dan yang kedua seorang Mubayi’in baru berkebangsaan Inggris. Kedua Khudam itu telah memberi jawaban yang sangat akurat dan positif berdasarkan dalil-dalil Al Qur’anul Karim yang merupakan ajaran Islam yang hakiki. Mendengar jawaban yang sangat tepat dan tidak dapat dibantah itu kedua perempuan itu tersipu-sipu sambil menunjukkan perangai kemarahan, sehingga para pendukung mereka juga menyatakan penyesalan terhadap tuduhan-tuduhan mereka yang sangat melampaui batas itu. Dengan karunia Allah swt melalui para pemuda kita itu ajaran Islam telah menunjukkan kemenangannya.
     Jadi, kita harus banyak berusaha untuk memahami ajaran-ajaran Islam bahkan kita harus berusaha keras untuk mengamalkannya, supaya keadaan rumah tangga kita akan menggambarkan laksana jannah atau surga. Dan kita akan menjadi orang-orang yang mampu menunaikan tugas kewajiban tabligh terhadap lingkungan masyarakat di tempat kita tinggal. Sambil mengajar cara-cara tilawat Al Qur’anul Karim Hazrat Masih Mau’ud a.s bersabda; ”Al Qur’anul Karim harus dibaca dengan baik sambil direnungkan dan dipikirkan maknanya secara mendalam.” Terdapat riwayat di dalam sebuah hadits; Ruba qoriya la’nuhul Qur’an artinya banyak sekali qori’ yang dilaknat oleh Al Qur’an, yakni mereka yang membaca Al Qur’an namun tidak mengamalkan ajarannya, maka Al Qur’an menurunkan laknat kepada mereka itu. Apabila diwaktu sedang tilawat Al Qur’anul karim menjumpai ayat yang menjelaskan tentang rahmat maka mohonlah rahmat dari Allah swt dan dimana terdapat keterangan tentang turunya azab diatas sebuah kaum maka mohonlah perlindungan kepada Allah swt dari pada azab-Nya seperti itu. Dan apabila seseorang membaca Al Qur’an ia harus merenungkan dan memikirkan apa maksud dari ayat-ayat yang sedang dibaca itu, kemudian mengamalkan sesuai perintahnya. Kesadaran seperti itu akan tercipta apabila pentingnya ayat-ayat yang sedang dibaca itu dapat dirasakan betul-betul dan hatipun sudah terjalin hubungan yang erat dengannya. Jadi,  pentingnya Al Qur’an dan hubungan yang khas dengannya harus diciptakan di dalam kalbu kita.
     Banyak orang yang mengemukakan alasan, katanya sangat susah sekali memahami Al Qur’an. Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. bersabda; ”Banyak orang-orang dungu yang berkata; Kami tidak mampu memahami Al Qur’an. Oleh sebab itu janganlah menaruh perhatian terhadap perkataan orang seperti itu, ia mengatakan sangat sukar sekali. Itu hanyalah kesalahannya sendiri. Al Qur’anul Karim telah menjelaskan masalah-masalah i’tikad dengan gamblang dan sangat jelas sekali sehingga tidak dapat dicari tandingannya. Dan dalil-dalilnya sangat memberi kesan di dalam hati manusia. Al Qur’anul Karim ini demikian jelas dan mengesankan sekali sehingga penduduk Arab yang tinggal di pedalaman Padang pasir dan betul-betul buta hurufpun dapat memahaminya. Sekarang bagaimana mungkin orang berani berkata; Saya tidak mampu memahaminya.”  Pada zaman ini Allah swt telah berlaku sangat ihsan, sangat baik sekali terhadap kita, Dia telah mengutus Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. ke dunia, yang telah menjelaskan Al Qur’anul Karim secara terbuka kepada kita bukan hanya arti secara zahir saja melainkan arti atau makna secara rohani yang sangat dalam juga. Beliau a.s. telah menyampaikan kepada kita berkat-berkat ayat Wa aakhooriina minhum lamma yalhaqu bihim. Kita harus mengumpulkan permata-permata indah dari sumber khazanah yang telah dikemukakan oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. kepada kita. Hal itu tidak akan dapat diperoleh sebelum kita menjadi para pencinta hakiki terhadap Al Qur’anul Karim.
 
     Banyak sekali orang-orang muslim diluar Jema’at Ahmadiyah yang menilawatkan Al Qur’an dengan suara merdu sekali dan karenanya mereka dapat meraih banyak hadiah, banyak sekali orang-orang membuat bisnis recording mengenai tilawat Al Qur’anul Karim, namun demikian diantara para Qori’ yang mahir itu banyak sekali yang tidak paham arti dan makna ayat-ayat yang mereka tilawatkan itu. Bahkan para Ulama besarpun tidak memahami makna ayat-ayat tertentu Al Qur’anul Karim. Oleh sebab itu pembahasan nasikh-mansukh tentang ayat-ayat Al Qur’an tidak pernah selesai dan terus berjalan sampai sekarang. Sehingga sampai sekarang mereka tidak mampu memahami banyak ayat suci Al Qur’anul Karim, salah satu diantaranya masalah ayat wafat Nabi Isa a.s. Alhasil mereka tidak mengenal arti sebenarnya dari ayat-ayat tertentu dari Al Qur’anul Karim. Tentang keadaan demikian terdapat sebuah hadits yang mengancam yang diriwayatkan oleh Hazrat Abbas Bin Abul Muthalib r.a. katanya saya mendengar dari Hazrat Rasulullah saw bahwa akan tiba masanya apabila orang-orang yang membaca Al Qur’an dimuka bumi akan membanggakan diri sambil berkata: Adakah Qori’ yang lebih baik dari aku? Siapa orang yang lebih ‘alim dari aku? Lalu Rasulullah saw bertanya kepada para Sahabah radhiallahu anhum: Apakah kalian dapat melihat suatu kebaikan dari orang-orang seperti itu? Para Sahabah menjawab: Sekali-kali tidak, ya Rasulallah! Maka Rasulullah saw bersabda: Mereka itu berasal dari kalian yang muncul dari umat ini juga. Akan tetapi mereka itu akan menjadi bahan bakar neraka Jahannam. ”Jadi, perkara utama yang harus diperhatikan adalah, memahami ajaran Al Qur’an sambil merendahkan diri kemudian mengamalkan dengan sebaik-baiknya. Itulah yang akan menjadi waris karunia-karunia Allah swt dan yang akan menjadi sarana untuk mendekatkan diri terhadap Allah swt dan penyelamat dari api neraka Jahannam. Bukan untuk tujuan keuntungan materi melainkan untuk menciptakan kecintaan terhadapnya. Dan sekarang telah menjadi kewajiban setiap orang ahmadi untuk memberi perhatian terhadapnya dan harus berusaha untuk meraihnya. Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah bersabda di dalam Kitab Kisyti Nuh(Bahtera Nuh): ”Selalu waspadalah kalian! Janganlah kalian mengayunkan kaki selangkahpun untuk menentang hukum-hukum Allah swt dan menentang ajaran-ajaran Al Qur’anul Karim.
    
     Aku berkata dengan sesungguhnya kepada kalian bahwa barangsiapa yang melanggar satu hukum sekecil apapun dari tujuh ratus hukum-hukum Al Qur’an maka ia telah menutup pintu keselamatannya dengan tangannya sendiri. Semua pintu keselamatan yang hakiki dan kamil telah dibukakan oleh Al Qur’an. Pintu-pintu lainnya merupakan bayangan dari pada pintu-pintu itu. Maka, kalian bacalah Al Qur’an dengan penuh perhatian dan cintailah dia sepenuhnya dengan kecintaan yang tidak pernah kalian lakukan terhadap siapapun. Sebagaimana Allah swt sendiri telah berfirman kepadaku: ”Alkhairu kulluhu fil Qur’an segala jenis kebaikan terdapat di dalam Al Qur’an. Itulah perkara yang benar. Namun sangat disesalkan sekali bagi orang-orang yang telah mendahulukan suatu benda lain selain dari Al Qur’an. Semua kemenangan dan keselamatan kalian sumbernya terdapat didalam Al Qur’an. Tidak ada suatu keperluan apapun tentang agama kalian yang tidak terdapat di dalam Al Qur’an. Pada Hari Kiamat Al Qur’an akan memberi kesaksian atas kebenaran atau kepalsuan iman kalian. Di hari Akhirat nanti hanyalah Al Qur’an, tidak ada kitab lain dibawah kolong langit selain Al Qur’an yang dapat memberi petunjuk secara langsung kepada kalian. Allah swt telah berlaku sangat ihsan di atas kalian yang telah menganugerahkan sebuah Kitab Al Qur’an kepada kalian. Aku berkata dengan sesungguhnya kepada kalian bahwa kitab yang telah dibacakan ini kepada kalian jika dibacakan kepada orang-orang Kristen tentu mereka tidak mengalami kehancuran. Dan nikmat serta hidayat yang telah diberikan kepada kalian ini jka diberikan kepada orang-orang Yahudi sebagai ganti kitab Taurat maka banyak golongan mereka yang tidak mengingkari adanya hari kiamat. Jadi, hargailah nikmat yang telah diberikan kepada kalian ini. Sebab ia merupakan nikmat yang sangat disayangi, ia adalah harta pusaka yang sangat berharga. Jika Al Qur’an ini tidak turun, maka dunia ini telah menjadi sebuah daging busuk laksana bangkai. Al Qur’an adalah sebuah Kitab yang tidak dapat ditandingi oleh semua kitab apapun. ”Selanjutnya Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: Sebuah ajaran yang sangat penting bagi kalian adalah jangan membiarkan Al Qur’an seperti benda terlupakan sebab didalamnyalah terletak semua sumber kehidupan kalian. Orang yang menghormati Al Qur’an ia akan memperoleh kehormatan di langit. Orang yang akan mendahulukan Al Qur’an diatas hadis dan perkataan-perkataan lainnya di langit ia akan didahulukan dari yang lain. Bagi umat manusia di atas muka bumi ini tidak ada kitab lain selain Al Qur’an. Dan tidak ada Rasul lain pemberi Syafa’at bagi semua Bani Adam selain dari pada Muhammad Mushtofa saw. Maka berusahalah kalian untuk menjalin cinta sejati dengan Nabi yang gagah berani ini. Dan janganlah kalian memberi tempat lebih besar kepada nabi manapun selain kepada beliau saw. Supaya nama kalian ditulis di langit sebagai orang yang meraih keselamatan. Dan ingatlah keselamatan bukanlah sesuatu yang akan zahir setelah menghadapi maut. Melainkan najat atau keselamatan hakiki adalah yang menampakkan cahayanya semenjak di atas dunia ini juga. Dan siapakah yang layak memperoleh najat itu? Dialah yang betul-betul yakin bahwa Tuhan adalah benar. Dan Nabi Muhammad saw adalah pemberi syafa’at diantara Allah dan semua makhluk Tuhan. Dan dibawah kolong langit tidak ada Rasul lain yang menyamai martabat beliau dan tidak ada pula sebuah kitab yang dapat menyamai Kitab Suci Al Qur’an. Dan Tuhan tidak menghendaki siapapun untuk tetap hidup namun Nabi pilihan-Nya ini tetap hidup untuk selama-lamanya. Dan agar beliau tetap hidup selamanya Allah swt telah menetapkan sebuah asas yakni manfaat dan berkat-berkat rohaninya terus berjalan sampai Kiamat. Yakni barkat syari’at dan rohaniyyat beliau saw tetap berjalan sampai Hari Qiamat. Dan akhirnya dari berkat limpahan Rohaninya itu telah zahir Masih Mau’ud ini yang kedatangannya sangat diperlukan untuk menyempurnakan bangunan Islam, sebab dengan pasti dunia tidak akan mengalami kehancuran sebelum seorang Masih ruhani dibangkitkan bagi Silsilah Muhammadi, seperti Masih yang telah diberikan kepada Silsilah Musawi. Ke arah inilah ayat ini mengisyarahkan bahwa Ihdinash shirothol mustaqim shirothol ladziina an’amta ‘alaihim. Semoga anak-cucu kita dan keturun kita yang akan datang yang beriman kepada Masih Muhammadi mencintai Al Qur’an dengan kecintaan sejati dan menerapkan ajaran-ajarannya di atas diri mereka. Dan semoga menjadi orang-orang yang selalu memperoleh berkat-berkat daripadanya. Amin !!
Alihbahasa oleh Hasan Basri dari Audio Urdu

Jubilee Khilafat

Love For All...

Ayaddahu Biruhil Qudus

Harap Kembali, pintu selalu terbuka.

Jazakumullah ahsanal jaza... Terimakasih atas kunjungannya, semoga diberkahi dan lain kali berkunjung kembali.