TERJEMAHAN TAFSEER KABEER TENTANG HURUF-HURUF MUQOTHOAT DALAM AL QUR’ANUL KARIIM
Hazrat Muslih Mau'ud ra bersabda:
Surat Yunus: “Alif Laam Roo”…
· Adanya huruf muqothoat menyimpan hal-hal yang penting, didalamnya terdapat keterkaitan baik secara perbagian ataupun sendiri-sendiri. Keberadaan mereka berkaitan dengan makna mendalam dari Al Qur’anul Karim, bahwa dengan mengingatnya akan menimbulkan minat terhadap kandungan Al Qur’anul Karim. Namun selain itu huruf-huruf dari Al Qur’anul Karim yang dimunculkan singkat/sedikit untuk menjelaskan berbagai permasalahan/topik. Sebagian kecil huruf yang terbuka, maka akan sampai ke berbagai pembahasan. Dengan demikian akan dimengerti makna yang lain, sehingga arti dari ayat Al Qur’anul Karim akan terbuka. (Tafsir Kabir, j.III, h.7)
·
Dengan adanya huruf-huruf muqothoat pada beberapa surat maka pada surat-surat yang mengikutinya terdapat satu pembahasan. (ibid, h. 7-8)Saya katakan, inilah hakekatnya: Ketika terjadi pergantian huruf muqothoat maka ada pemahaman baru dari kandungan Al Qur’anul Karim. Dan ketika terdapat huruf muqothoat pada awal surat maka terdapat bobot kandungan pada surat itu sedemikian rupa. Sementara jika tidak ada huruf muqothoat maka pada surat tersebut hanya terdapat satu permasalahan/pembahasan saja.
· Saya pertegas/jelaskan bahwa pada hakekatnya dari Surat Al Baqoroh sampai At Taubah hanya ada satu pembahasan. Semua surat itu berkaitan dengan “Alif Laam Miim”. Surat Al Baqoroh dimulai dengan “Alif Laam Miim”, kemudian Surat Ali Imroan juga dimulai dengan “Alif Laam Miim”. Kemudian Surat An Nisa, Al Maidah Al An’am tidak ada muqothoatnya, demikianlah keindahan pada permulaan surat-surat tersebut. Setelah berbicara tentang surat-surat yang diawali dengan “Alif Laam Min”, maka setelah itu ada Surat Al A’rof yang dimulai dengan “Alif Laam Mim Shod”, disitu juga terdapat “Alif Laam Mim”-nya. Iya ada tambahan huruf “Shod”. Setelah itu Surat Al Anfal dan Baro’ah/Taubah tidak terdapat huruf muqothoat, dengan demikian sampai pada Surat Baro’ah pembahasan berkenaan “Alif Laam Mim” terus berjalan. Dalam Surat Al A’rof terdapat penambahan huruf “Shod” hal ini berarti huruf ini menampakkan sisi kebenaran. Dalam Surat Al A’rof, Al Anfal dan At Taubah/Baro’ah memperingatkan terhadap kesuksesan Rasulullah saw dan kemajuan Islam. Dari segi asal usul pada Surat Al A’rof, Al Anfal dan At Taubah secara berurutan terdapat pembahasan kebenaran. Untuk itulah ditambahkan huruf “Shod” disana. (ibid, h.8)
· Surat Yunus meninggalkan “Alif Laam Miim” dan dimulai dengan “Alif Laam Roo”. Disana “Alif Laam” masih ada dan huruf “Mim” diganti dengan “Ro”. Dengan demikian pembahasanpun telah berganti dan dalam hal ini isinya sudah berbeda dengan item-item pembahasan dari Al Baqoroh sampai At Taubah sedangkan dari Surat Yunus sampai Al Kahfi terdapat pembahasan tersendiri dengan item-item pembahasan yang terpisah. Oleh karena itu Dia berfirman: “Alif Laam Ro” yakni “Anallahu Aroo”: Aku Allah yang Melihat segala sesuatu dan memahami sejarah seluruh dunia, yang kalam-Nya terpelihara di depanmu, didalam surat-surat-Nya terdapat pembahasan yang senantiasa bertambah diatas landasan berbagai riwayat dan pada permulaan surat-surat-Nya terkandung wacana yang senantiasa berkembang diatas landasan berbagai ilmu. (ibid)
· Saya ingin menarik sebuah kesimpulan dari peri kehidupan dunia dengan berbagai halnya bahwa sebagian manusia telah berpikir mengenai huruf-huruf muqothoat/singkatan ini, hal inipun mendatangkan arti dan mereka telah terbiasa dengannya. Bahkan mereka dengan sendirinya telah mempergunakan huruf-huruf muqothoat/ singkatan ini. Walaupun demikian ketika kami memasukkan satu pandangan terhadap seluruh Al Qur’anul Karim. Serentak mereka berkata, dimana ada penggunaan huruf-huruf muqothoat/ singkatan? Maka mereka memandang hal ini merupakan aturan baru. Surat Al Baqoroh dimulai dengan “Alif Laam Miim” kemudian surat Ali Imroan dimulai dengan “Alif Laam Miim” kemudian surat An Nisa, Al Maidah, Al An’am tidak terdapat huruf muqothoat kemudian surat Al A’rof dimulai dengan “Alif Laam Miim Shood”. Sedangkan surat Al Anfal dan Baro’ah tidak ada. Setelah itu surat Yunus , Hud, Yusuf dimulai dengan “Alif Laam Ro”. Sedangkan dalam surat Ar Ro’du terdapat “Alif Laam Mim Ro” setelah ketambahan “Mim”. Tetapi disana didalam “Alif Laam Miim Shood” terdapat “Shod” yang diletakkan diakhirnya. Sementara disini diletakkan “Mim” sebelum “Ro”. Padahal jika ada maksud tertentu tentunya ada penambahan-penambahan itu, maka hal ini diperlukan. Dengan telah ditambahkannya “Mim” yang diletakkan “Ro” setelahnya atau boleh dikatakan telah diletakkannya “Mim” diantara “Alif Laam Roo” ini berarti bahwa didalam huruf-huruf itu terkandung makna khusus. Dan jika kita perhatikan bahwa ada surat-surat yang diawali dengan “Alif Laam Miim’ dan setelahnya dengan “Alif Laam Roo”maka ada pemahaman-pemahaman yang halus walhasil “Mim” diatas “Ro” terdapat pembahasan-pembahasan tertentu. Didalam surat Ar Ro’du ditemukan “Mim” dan “Ro” disatukan, maka “Mim” diletakkan sebelum “Ro” disini terdapat petunjuk secara tersirat, bahwa semua huruf tersebut mengandung makna-makna khusus. Oleh karena itu huruf-huruf tersebut selalu diletakkan didepan. Setelah surat Ar R’du, maka di dalam surat Ibrahim dan Hijir terdapat penggunaan “Alif laam Roo”, tetapi di dalam surat An Nahl, Bani Isroil dan Al Kahfi tidak terdapat huruf-huruf singkatan dan inilah surat-surat yang mengikuti surat-surat pendahulunya. Setelah itu ada surat Maryam yang di dalamnya terdapat penggunaan “Kaf Ha Ya ‘Ain Shood” setelah surat Maryam ada surat Toha yang didalamnya menggunakan huruf “Thoo Haa”, setelahnya ada surat Al Anbiyya, Hajj, Mukminuun, An Nur dan Al Furqon yang mana surat-surat ini telah meninggalkan huruf-huruf muqthoat/ singkatan. Dengan demikian surat-surat ini dinyatakan mengikuti “Thoo Haa”. Selanjutnya surat Syu’aro dimulai dengan “Thoo Siin Miim” dengan demukian terdapat “Tho” tetap berdiri dan tempat “Ha” diambil alih oleh “Sin” dan “Mim”. Setelah itu ada surat An Naml yang dimulai dengan “Thoo Siin”, darinya “Mim” diangkat sedangkan “Thoo” dan “Siin” tetap ditempat, setelah itu ada surat Qoshosh yang dimulai dengan “Thoo Siin Miim” dengan demikian pembahasan “Mim” dimunculkan kembali, setelah itu pada surat Al Ankabut dimulai dengan “Alif Laam Miim” dan kembali lagi telah dimulai bab-bab baru ilmu-ilmu besar Ilahi dan dibawah tuntutan keperluan-keperluan baru. (Jika saya tidak mempunyai waktu pada 6 tertib ini, tetapi jika ada seseorang mengatakan, mengapa “Alif Laam Miim” diulang-ulang lagi disampaikan? Maka inilah jawabannya: lawan bicara dari “Alif Laam Miim’ pada Al Baqoroh adalah kaum kafir sedangkan lawan bicara “Alif Laam Miim” disini adalah mukmin). Setelah Al Ankabut ada surat Rum, Luqman dan Sajdah yang juga dimulai dengan “Alif Laam Miim”, setelah itu ada surat Al Ahzab, Saba dan Fathir yang tanpa huruf muqothoat/ singkatan, dengan demikian surat-surat ini mengikuti surat-surat pendahulunya. Setelah itu ada surat Yasin, yang mana surat ini dimulai dengan “Yaa Siin”, setelahnya ada surat Ash Shofat tanpa huruf muqothoat. Setelah itu ada surat Shod yang dimulai hanya dengan “Shood” kemudian ada surat Az Zumar tanpa huruf muqothoat dan ini mengikuti surat pendahulunya. Setelah itu ada surat Mukmin yang dimulai dengan “Haa Miim”, setelahnya surat Hamim Sajdah yang juga dimulai dengan “Haa Miim”, kemudian surat Asy Syuro yang dimulai dengan “Haa Miim” juga tetapi bersamanya ditambahkan “Ain Sin Qoof”. Setelahnya ada surat Az Zuhruf yang didalamnya menggunakan huruf “Haa Miim” juga kemudian surat Ad Dukhan, Jatsiyah dan Ahqof yang dimulai dengan “Haa Miim” juga. Setelah itu semua ada surat Muhammad, Fatah dan Hujurot tanpa huruf muqothoat/ singkatan dengan demikian surat-surat ini mengikuti surat-surat pendahulunya. Surat Qof dimulai hanya dengan “Qoof” dan Al Qur’anul Karim sampai akhir telah berjalan dengan satu pembahasan saja. (ibid, h. 8-9)
· Inilah tertib yang sedang saya sampaikan bahwa huruf-huruf ini tidaklah terletak begitu saja tanpa makna, pada awalnya terwujud dengan “Alif Laam Miim” kemudian dating “Alif Laam Miim Shood” yang didalamnya ditambahkan “Shod”, kemudian “Alif Laam Roo” hadir, kemudian “Alif Laam Miim Roo” yang berarti didalamnya ditambahkan huruf “Mim”. Kemudian “Kaf Haa Ya Ain Shood” yang mana diatas “Shod” ada tambahan empat huruf, kemudian ada “Thoo Haa” dan kemudian ada pergantian sedikit didalamnya menjadi “Thoo siin Miim”. Ini adalah kata sumpah satu-satunya yang mutawattir dan satu bagian digantikan dengan tempat bagian yang lain dan saya katakan terletak dengan rapinya, apakah penataan huruf-huruf seperti ini mendatangkan pemahaman atau tidak? Dimana huruf-huruf ini terletak mesti tertata dengan makna. Dengan tertata sedemikian rupa maka tidak adakah yang mengatakan huruf-huruf ini tertata saling menggantikan, ada yang ditambahkan ada juga yang dikurangkan? (ibid, h. 9)
· Satu hal prinsip untuk para mukhalifin Islam berkenaan dengan mengingat dasar-dasarnya, ini adalah sesuatu yang mantap bahwa huruf-huruf muqothoat/ singkatan menyimpan beberapa makna. Para mukhalifin Islam mengatakan bahwa adanya ayat panjang dan pendek pada beberapa surat di dalam Al Qur’an disebabkan karena adanya beberapa sebab. Sekarang jika ini benar, maka apakah ini bukanlah sebuah keajaiban? Bahwa dikatakan dalam beberapa surat ada ayat-ayat yang panjang ataupun pendek karena mempunyai beberapa sebab, sebuah kesatuan dari huruf-huruf muqothoat/ singkatan yang disatukan, “Alif Laam Roo” disatukan, “Thoo Haa” dan berbagai perubahannya disatukan kemudian “Alif Laam Miim” disatukan, “Haa Miim” disatukan, jika surat-surat ini mempunyai petunjuk mendasar beberapa hal yang pokok, maka apakah tidak bisa dimaklumi sebagai sebuah keajaiban bahwa huruf-huruf muqothoat/ singkatan ini mempunyai ayat-ayat yang mendasar secara khusus? Jika hanya inilah keselamatan, maka berarti maknanya bahwa huruf-huruf muqothoat/ singkatan hanya mempunyai sedikit makna saja, ini sajakah maknanya bahwa surat itu mempunyai ayat-ayat panjang ataupun pendek? Bahkan inilah kebenaran bahwa satu kesatuan huruf-huruf muqothoat/ singkatan pada surat-surat, pada satu tempat memilii pemahaman secara menyeluruh, bahkan bermakna sangat dalam dan kompleks dan dilain tempat memiliki hikmah dan khazanah yang tersimpan untuk huruf-huruf pada beberapa surat. (ibid, h. 9-10)
Penterjemah mengucapkan: “Demikianlah yang dapat kami persembahkan, atas segala do’a dan kerjasamanya kami menghaturkan jazakumullah ahsanal jaza.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar