نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْ عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ
KEBENARAN HAZRAT MASIH MAU’UD AS
Sebuah Refleksi Kebenaran Haqiqi dalam Wujud Seorang Mahdi
Di tengah hiruk pikuknya kesibukan dan keramaian dunia beserta tingkah laku manusia yang menjurus kepada sebuah hasrat besar terhadap keduniawian. Berbagai kasus dan cerita serta fakta dalam kehidupan pada era sekarang ini seharusnya tidaklah membuat manusia lalai dan mulai meninggalkan Tuhan dengan segala petunjuknya dan lari menuju kepada kepalsuan dalam bertingkah laku. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena memang zaman sudah berubah dan masa telah berganti.
Sudah tiba waktunya manusia menyaksikan kebenaran haqiqi dari Tuhannya. Banyak ragam pemahamanan dari kata kebenaran itu sendiri, namun fakta sejarah menunjukkan bahwa kebenaran yang haqiqi adalah petunjuk dari Tuhan Yang Satu, yakni Allah Ta’ala yang mempunyai sifat Robb. Kebenaran dari para nabi ams itulah yang disebut sebagai kebenaran haqiqi. Para pengikut dari para nabi ams itulah yang termasuk sebagai orang-orang yang berbahagia dan berjaya.
Semuanya beriman kepada Allah Ta’ala. dan Malaikat-malaikat-Nya, dan Kitab-kitab-Nya, Dan Rasul-rasul-Nya[2], mereka mengatakan, ”Kami tidak membeda- bedakan di antara seorang pun dari Rasul-rasul-Nya yang satu terhadap yang lainnya;”
Pengertian dari “Kami tidak membedakan seorang diantara mereka” berarti seorang muslim sejati tidak membeda-bedakan semua nabi dalah hal kenabian itu sendiri, walaupun kata-kata ini tidak dipahami dalam taraf/ derajat/ maqom kerohaniannya.
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al Baqoroh: 254
Inilah rasul-rasul yang telah Kami lebih kan sebagian dari mereka di atas yang lain; di antara mereka ada yang kepada mereka Allah Ta’ala. bercakap-cakap dan Dia meninggikan sebagian dari mereka dalam derajat-Nya.[3] Dan Kami memberi Isa ibnu Maryam keterangan-keterangan nyata dan Kami memperkuat dia dengan Ruhulkudus.
Sejak mulai abad 14 Allah Ta’ala telah membangkitkan seorang Mahdi dan sekaligus Masih dengan segala derajat kerohaniannya untuk memajukan dan menghidupkan kerohanian manusia. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah Imam Mahdi dan Masih Mau’ud yang ditunggu kedatangannya oleh umat muslim khususnya dan manusia pada umumnya. Namun sebagian besar umat manusia belum bisa menerimanya walaupun sudah banyak juga yang telah menerimanya. Manusia yang beruntung telah mengimani Hz Masih Mau’ud as yang tersebar di seluruh penjuru dunia baik itu di Asia, Afrika, Eropa, Australia dan Amerika. Berita mengenai kebenaran ini perlu untuk diketahui banyak orang di dunia ini, namun sangat disayangkan info dan berita yang tersebar di dunia tentang Hz Masih Mau’ud as beserta jama’ahnya adalah berita yang negative. Tentunya hal ini perlu ada klarifikasi dalam pertablighan Jemaat Ahmadiyah.
Padahal dasar yang dijadikan pedoman oleh Jemaatnya adalah: Al Qur’an, Al Hadits dan As Sunnah serta petunjuk dari Allah Ta’ala.
I. DALIL-DALIL DARI AL QUR’AN SYARIF[4]
a. QS Yunus (10): 17
Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu dalam masa yang panjang sebelum ini ; tidakkah kamu menggunakan akal ?“[5]
Menurut ayat ini, orang yang mendakwahkan diri sebagai Nabi dan Rasul haruslah orang yang suci dan tidak mempunyai keaiban sedikitpun. Begitu pula kehidupan pendiri Jemaat Ahmadiyah , baik kawan maupun lawan mengakui keluhuran akhlak beliau. Ulama besar India, Mohammad Husain Batalwi yang hidup sezaman dengan Hz Ahmad as menulis tentang beliau dalam “Isya’atus Sunnah”: “Pengarang kitab Barahin Ahmadiyah sebagai yang telah disaksikan dan dilihat oleh kawan dan lawan adalah seorang yang berpegang atas syari’at, muttaqi dan seorang yang benar.”
Lebih lanjut dikatakannya: “Dengan ringkas dan tidak berlebihan, kami sampaikan pemandangan kami tentang kitab ini, bahwa melihat keadaan yang ada pada masa sekarang ini, maka kitab ini adalah suatu kitab yang tidak ada bandingannya dan belum ada contohnya di dalam Islam sampai sekarang. Dan pengarangnyapun adalah seorang yang selalu tetap istiqomah dalam memajukan Islam dengan pengorbanan jiwa, tulisan dan lisan dengan perbuatan disertai kenyataan. Orang semacam ini, diantara orang Islam yang terdahulupun jarang didapatkan contohnya”.
Pengakuan ulama besar India ini ditulis sebelum pendakwaan Hazrat Masih Mau’ud as, setelah beliau as melakukan pendakwaan maka ulama ini berubah sangat membenci Hazrat Masih Mau’ud as.
b. QS Al Haqqoh (69): 45 - 47
Dan sekiranya ia mengada-adakan atas nama Kami sebagian perkataan,
Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan.
Kemudian, tentulah Kami memotong urat nadinya ;
Menurut ayat ini, jika seseorang mengaku mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala padalah tidak alias dusta, maka Allah Ta’ala sendiri akan membinasakannya. Orang yang mendapat wahyu dan ilham kemudian mendakwahkan dirinya sebagai Nabi dan Rasul, ia harus hidup sekurang-kurangnya 23 tahun, dihitung sejak menerima wahyu (Kitab Nibras hal. 444). Sejak menerima wahyu pertama (1882) Hazrat Mirza Ghulam Ahmad berumur lebih 23 tahun (wafat 1908).
c. QS Al Ankabut (29): 16
Maka Kami selamatkan dia dan penumpang-penumpang bahtera ; dan Kami jadikan peristiwa itu suatu Tanda untuk segenap manusia.
Di masa hidup Hz Ahmad as, India di landa musibah penyakit tha’un/pes. Tak terhitung banyaknya orang yang meninggal dunia akibat dari penyakit ini. Hz Masih Mau’ud as menerima wahyu dari Allah Ta’ala:
“Aku (Allah) akan selamatkan semua orang yang berada didalam rumahmu.”
Benarlah adanya, sebagaimana janji Allah Ta’ala, semua orang yang bernaung di rumah beliau dan juga orang yang beriman kepada beliau dengan tulus ikhlas, seorangpun tidak ada yang terserang wabah penyakit tersebut.
d. QS Al Mujadalah (58): 22
Allah telah menetapkan “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.”[6] Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat, Maha Perkasa.
e. QS Al Jinn (72): 27 – 28
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib; maka Dia tidak menzahirkan[7] rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,
Kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya,[8]
Hz Masih Mau’ud as mendapat wahyu dari Allah Ta’ala:
“Seorang Pemberi Ingat telah datang di dunia, sementara dunia tidak menerimanya tetapi Allah-lah yang akan menerimanya dan akan menzahirkan kebenarannya dengan serangan-serangan yang dahsyat.” (Barahin Ahmadiyah, j. IV, h. 557)
Wahyu ini menyatakan bahwa Jemaat beliau akan dimenangkan oleh Allah Ta’ala dengan pertolongan-Nya yang khas. Para penentang dan musuh beliau yang besar diantaranya: Alexander Dowie, pemimpin kaum Kristen di Amerika Serikat, mati dengan hina pada tahun 1907. Abdullah Atham, pendeta Kristen di India, mati dengan keaiban pada tahun 1896. Lekhram, pemimpin kaum Hindu terbunuh secara misterius pada tahun 1897. Dan yang lainnya.
Kebiasaan mereka itu semuanya sesuai dengan khabar ghaib yang diterima oleh Hz Masih Mau’ud as. Pembelaan yang dilakukan oleh Hazrat Ahmad as adalah semata-mata pembelaan untuk kemuliaan, kesucian Islam dan Rasulullah saw, karena ketiga tokoh agama tersebut selalu mencaci maki dan menghina serta memburuk-burukkan agama Islam dan Nabi Besar Muhammad saw.
f. QS Al Jum’ah (62): 4
Dan, Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.[9] Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha bijaksana.
Tafsir dari ayat ini terdapat dalam Hadits Bukhari jilid III pada halaman 1560:
Artinya: Abu Hurairah ra, berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw, lalu diturunkan kepada beliau Surah Jum’ah pada kata-kata (Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum laindari antara mereka yang belum pernah bertemu dengan mereka). Saya bertanya, siapa yang dimaksud mereka wahai Rasulullah? Beliau tidak menjawab hingga saya menanyakan hal itu sampai tiga kali. Diantara kami sedang duduk Salman Al Farisi dan Rasulullah saw meletakkan tangan beliau diatas pundak Salman, lalu beliau bersabda: Bila iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seorang laki-laki atau beberapa orang laki-laki dari antara mereka ini yang akan mengambilnya kembali.” (HR. Bukhari, bab Tafsir Surah Jum’ah dalam kata Wa Aakhoriina minhum lamma yalhaquu bihim, jilid III, hal. 1560)
Surat Jum’ah ayat 4 diatas beserta tafsirnya ada dalam Hadits Bukhari tersebut. Sebagaimana Allah Ta’ala wahyukan kepada Imam Mahdi as, beliau tiada lain adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as, karena nenek moyang beliau berasal dari Persia (Iran) dan tinggal di Qadian, India, serta beliaulah yang membawa kembali iman dari bintang tsurayya itu.
Menurut Mln Mohammad Sadiq, H.A. sebagai berikut:
1. Tersebut dalam Hadits Abu Dawud bahwa Nabi bersabda: “Al Mahdiyyu min ‘itratii min wuldi Faathimah.” (Mahdi itu dari anak cucuku, yakni anak cucu Fathimah).
2. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dari Hadhrat Jabir bahwa Nabi bersabda: “Al Mahdiyyu min waladi-l-Husain” (Mahdi itu dari anak cucu Husain).
3. Ibnu ‘Asakir juga meriwayatkan dalam tarikhna bahwa Ibnu ‘Umar berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Yakhruju min waladi hasanin min qibali-l-masyriqi” (Hujajul Kiramah, h. 355) Artinya: Akan keluar seorang lelaki dari keturunan Hasan di sebelah timur. Tersebut pada riwayat Hadhrat Jabir tadi bahwa Mahdi itu dari keturunan Hadhrat Husain. Jadi riwayat itu berlawanan dengan riwayat yang ini.
4. At Thabrani dan Abu Na’im meriwayatkan satu hadits Nabi lagi, “Walladzi ba’atsanii bil haqqi anna minhumaa mahdiyya haadzihil ummah” (Hujajul Kiramah, h. 354). Artinya: Demi nama Allah yang sudah mengutusku, sesungguhnya Mahdi itu dari keturunan keduanya. Menurut hadits ini, Mahdi itu bukan keturunan salah satu Hasan atau Husain bahkan dari keturunan keduanya.
5. Na’im bin Hammad meriwayatkan bahwa Ka’ab berkata: Nabi Muhammad saw bersabda, “Al Mahdiyyu min waladil ‘abbaasi”. Artinya: Mahdi itu dari anak cucu ‘Abbas. Begitu juga diriwayatkan oleh Hadhrat Utsman bin ‘Affan (Hujajul Kiramah, h. 355, dan Lawaihul anwaril bahiyyah, juz 2, muka 69). Tersebut pula dalam Lawaihul anwari bahwa Hadhrat Ibnu ‘Abbas juga meriwayatkan begitu. “Wa rijaaluhu tsiqaatun” yakni perawi-perawi hadits itu dipercayai, maka hadits itu boleh dijadikan dalil.
6. Imam Ibnu ‘Asakir menyebutkan satu riwayat lagi bahwa Hadhrat Umar bin Khattab ra berkata: “Min wuldihi rajulun biwajhihil syujatun yamla’ul ardhu ‘adla” Artinya: Dari anak cucunya nanti ada orang yang dimukanya ada tanda luka, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan. Sebagian orang mengira bahwa yang dikabarkan dalam riwayat ini ialah Mahdi di akhir zaman.
7. Tersebut dalam Tarikhul Khulafaai karangan Imam Suyuthi, halaman 158 bahwa Wahab bin Munabbah berkata “In kaana fii hadzihil ummati mahdiyyun fa huwa ‘umarubnu ‘abdil ‘aziiz”. Artinya: Jika ada pada ummat ini Mahdi maka ialah Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan Ibnu Abdul Aziz bukan dari keturunan Hasan dan Husain dan bukan pula keturunan Abbas. Dia seseorang dari Banu Umayyah.
8. Tersebut lagi dalam kitab Abu Dawud satu hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Hadhrat Abu Sa’idul Khudri, bunyinya: “Yakhruju rajulun min ummatii yaquuluu bissunnatii.” Artinya: Akan keluar seorang lelaki (Mahdi) dari ummatku, dia akan berfatwa menurut sunnahku.
Ini macam-macam riwayat yang menerangkan keturunan Imam Mahdi itu. Kalau kita membenarkan hadits yang penghabisan yakni mengakui bahwa Hazrat Imam Mahdi sudah pasti dari ummat Muhammad, biar dari keturunan siapapun, maka perselisihan riwayat-riwayat itu tidak akan menggelincirkan kita nanti. Apalagi kalau hadits-hadits yang lain sesuai dengan hadits ini.
Ulama-ulama sendiri menjelaskan, “Yumkinul jam’u bian yakuuna min dzuriyyatihi wa lil’abbaasi fiihi wilaadatun min jihatin anna fii ummatihi ‘abbasiyyah”. (Lawaaihul anwar, Juz. II, hal. 70). Artinya: Boleh juga hadits itu dicocokkan dengan mengakui bahwa Mahdi itu dari keturunan Nabi Muhammad saw juga, akan tetapi ada pula setengah neneknya dari anak cucu ‘Abbas.
Nawab Muhammad Shidiq Hasan Khan berkata dalam kitabnya Hujajul Kiramah halaman 356 bahwa: Tidak ada halangan apapun kalau berkumpul banyak keturunan dari beberapa pihak dalam diri seseorang. Adapun Al Mahdi yang dikhabarkan akan keluar dari Bani ‘Abbas maka dia itulah raja yang bernama Al Mahdi dan sudah lama berlalu. Jadi hadits-hadits Al Mahdi itu tidak perlu dibahas lagi.
Siapakah ahli bait Nabi Muhammad saw?
Adapun hadits-hadits yang menerangkan bahwa Al Mahdi itu dari “Ahli Bait” atau “Anak Cucu” Nabi, itu benar, akan tetapi perlu diketahui siapakah yang menjadi “Ahli Bait” atau “Anak Cucu” Nabi yang sebenarnya? “Ahli Bait” atau “Anak Cucu” seorang nabi ialah orang-orang sholeh dan taat setia pada Nabi. Oleh karena seorang anak Nabi Nuh as itu durhaka kepada Allah SWT dan beramal yang jahat, maka menurut friman Allah Ta’ala dia bukan dari “Ahli Nuh” dan oleh karena Hazrat Salman Parsi sangat taat setia kepada Nabi Muhammad saw, maka beliau sudah dinyatakan kepada para sahabat ra, “Salmaanu minnaa ahlal baiti” (Al Jami’ush Shoghir, Fashlus Siin) artinya: Salman itu dari kita, wahai ahli bait. Berkenaan dengan kaum Al ‘Asy’ariyyun Nabi kita bersabda: “Hum minnii wa ana min hum” (Bukhari, Juz. III, Bab Quduumil ‘asy’ariyyin) artinya: Mereka dariku dan aku dari mereka itu.
Sekali lagi Nabi bersabda: “Innama awliyaail muttaquun” (Hadits Abu Dawud, Al Misykat, Kitabul Fitan) yakni: Sesungguhnya keluargaku ialah orang-orang yang bertaqwa. Jadi jika kita percaya bahwa Al Mahdi yang dikhabarkan dari “Ahli Bait” itu memang Mahdi akhir zaman, maka tidak juga berarti bahwa Mahdi itu mesti dari keturunan Fathimah sendiri. Nabi sendiri sudah bersabda berkenaan dengan seorang dari “Ahli Bait” beliau bahwa dia bukan dari pada aku. Bunyi hadits itu begini: “Yaz’amu annahu minnii wa laisa minnii” (Hadits Abu Dawud diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar) artinya: Satu fitnah akan ditimbulkan oleh seorang lelaki dari “Ahli Baitku”, dia kira dia dari pada aku sedang dia bukan dari pada aku. Hadits ini menjelaskan bahwa seorang dari “Ahli Bait” itu akan menimbulkan satu fitnah besar. Oleh karena itu Nabi bersabda: “Laisa minnii” (dia bukan dari pada aku).
Walhasil hadits yang menerangkan bahwa Mahdi di akhir zaman itu dari “Ahli Bait” Nabi atau “dari pada Nabi” itu menyatakan bahwa dia seorang yang sangat setia dan taat kepada Nabi Muhammad saw, walaupun dia dari keturunan manapun.
Menurut setengah riwayat, Nabi besar saw bersabda bahwa Imam Mahdi itu dari seorang lelaki dari ummatku (Hadits Thabrani diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudri, lihat pula Hujajul Kiramah, muka 361).
Inilah yang benar dan segala hadits dapat bersesuaian dengan maksud ini. Hazrat Ahmad Al Qadiani adalah dari bangsa Persia/ Iran dan sangat taat setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Lagi pula, oleh karena sebagian nenek beliau adalah dari keturunan Siti Fathimah, maka dua-dua hal, sudah berhimpun di dalam diri beliau itu.
g. QS Tho Haa (20): 70
…..Dan tukang sihir tidak akan berhasil dari mana saja ia datang ! “
Ayat ini menerangkan dan menegaskan bahwa kepalsuan dan kebatilan itu tidak akan berhasil walaupun dengan berbagai makar. Hazrat Masih Mau’ud as dan jama’ahnya mengalami sunah rasul tentang penuduhan sebagai tukang sihir atau mengada-ada, maka tuduhan seperti ini telah batil, terbukti Jemaat Ahmadiyah yang didirikannya kini semakin berkembang di seantero jagad.
h. QS Al Mukmin (40): 29
…..Dan, sekiranya ia seorang pendusta maka atas dialah kedustaannya, dan jika ia benar, maka akan menimpa kamu sebagian dari apa yang dijanjikan kepadamu….
Ayat ini member petunjuk dengan jaminan aman bagi yang beriman dan ancaman bagi yang menolak kebenaran. Seandaianya pendakwa seorang pendustapun (naudzubillah) maka sang pedakwa akan bertanggungjawab di hadapan Ilahi Robbi, namun jika pendakwa benar, maka tanda keburukab bagi yang tidak menerimanya.
i. QS Bani Isroil (17): 16
Barangsiapa telah menerima petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu untuk dirinya, dan barangsiapa sesat, maka kesesatan itu hanya atas dirinya.[10] Dan tiada pemikul beban akan memikul beban orang lain.[11] Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengirimkan seorang rasul.[12]
j. QS Ash Shaf (61): 7
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata, “Hai, Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu membenarkan apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi khabar suka tentang seorang rasul yang datang sesudahku namanya Ahmad.”[13] Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti jelas, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.”
k. QS At Takwir (81): 2 - 14
Apabila matahari digulung[14], dan apabila bintang-bintang menjadi suram[15], dan apabila gunung-gunung dijalankan[16], dan apabila unta-unta bunting sepuluh bulan ditinggalkan[17], dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan[18], dan apabila sungai-sungai disalurkan[19], dan apabila bermacam-macam manusia dikumpulkan[20], dan apabila bayi perempuan dikubur hidup-hidup akan ditanya, “Karena dosa apa, ia dibunuh ?[21] “Dan apabila buku-buku akan disebar-luaskan[22], dan apabila langit dibuka[23], dan apabila neraka dinyalakan[24], dan apabila surga di dekatkan[25], …
Ayat-ayat ini menggambarkan kepada manusia kondisi zaman datang Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as.
l. QS Yaa Siin (36): 30
Ah, sayang bagi hamba-hamba-Ku! Tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul, melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.[26]
II. DALIL-DALIL DARI AL HADITS
a. Rasulullah saw bersabda dalam Hadits Ad-Darul Quthni jilid I halaman 188:
Artinya: Muhammad bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya untuk Mahdi kita ada dua tanda yang belum pernah terjadi sejak saat bumi dan langit diciptakan. Gerhana bulan akan terjadi pada malam pertama bulan Ramadhan dan gerhana matahari akan terjadi pada pertengahannya.”
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1882M mendakwahkan diri sebagai Mujaddid[27], kemudian pada tahun 1888M dikukuhkan dengan izin pembai’atan[28]. Pada tahun 1889M sebagai Masih Mau’ud dan pada tahun 1890M mendakwahkan diri sebagai Imam Mahdi berdasarkan perintah Allah Ta’ala. Untuk menggenapi nubuatan dalam hadits di atas maka pada tahun 1894M/ 1311H Allah Ta’ala telah memperlihatkan peristiwa gerhana bulan dan matahari dalam satu bulan Ramadhan.
Tuhan telah mengatur tanggal kejadiannya dan sudah ditetapkan gerhana bulan pada tanggal 13, 14 dan 15 sedangkan untuk gerhana matahari pada tanggal 27, 28 dan 29. Adapun yang dimaksud dengan gerhana bulan pada malam pertama bulan Ramadhan adalah tanggal 13 dan gerhana matahari pada pertengahannya adalah tanggal 28 Ramadhan. Sebelum terzahirnya tanda-tanda itu, orang-orang telah meminta munculnya tanda itu kepada Hazrat Ahmad as sebagai tanda kebenarannya. Mereka berkata: “Bagaimana mungkin kami percaya kepada Tuan sebagai Al Masih dan Al Mahdi, apabila gerhana bulan dan matahari pada bulan Ramadhan belum terpenuhi?”
Maka Allah Ta’ala pada tahun 1311H yaitu tahun 1894M, telah memenuhi penzahiran tanda dari langit dan langitpun telah member kesaksian, bahwa pendakwaan orang yang telah mendakwahkan dirinya itu benar datang dari Tuhan.
b. Dari Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw bersabda dalam kitab hadits Abu Daud jilid II halaman 21 dan Misykat halaman 36:
Artinya: Sesungguhnya Allah Ta’ala senantiasa akan membangkitkan untuk umat ini pada permulaan tiap abad orang yang akan memperbaharui agamanya.
c. Rasulullah saw bersabda dalam kitab Hadits Musnad Ahmad bin Hanbal jilid II halaman 411:
Artinya: Sudah dekat orang yang hidup diantara kamu akan bertemu Isa Ibnu Maryam sebagai Imam Mahdi dan Hakim Yang Adil, dia akan memecahkan salib dan membunuh babi.
Dari hadits ini terbuktilah bahwa Mahdi adalah bayangan Isa Ibnu Maryam. Isa yang dahulu tidak mungkin akan datang lagi, melainkan Imam Mahdi dari umat Muhammad itulah yang dikatakan sebagai bayangan isa Ibnu Maryam dan dalam kitab Hadits Bukhari dan Muslim tertulis:
Yakni: “Al Masih bin maryam akan mengimami kalian dan menjadi Imam kalian juga.”
Di lain tempat Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Tidak ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam (Isa Ibnu Maryam itulah Imam Mahdi).
Syekh Muhyiddin Ibnu ‘Arabi yang mendapat gelar Syaikhul Akbar menulis tentang hal itu dalam Futuhatul Makkiyah, beliau berkata yang artinya adalah: “Sudah pasti, bahwa nuzul atau trurunnya Masih Ibnu Maryam di akhir zaman adalah dalam bentuk personal lain, yaitu turunnya Al Masih Ibnu Maryam bukan pada wajud aslinya.”
Tentang tugas beliau berkenaan dengan kedua gelar kerohanian itu, beliau as mengemukakan:
“Wahai manusia! Bangunlah untuk Tuhan dengan segera dan takutlah kepada Tuhan dan berpikirlah seperti bukan seorang musuh atau orang kafir. Bukankah sudah tiba waktunya bagi Tuhan untuk bersikap rahim terhadap makhluknya? Tidakkah Dia sepatutnya melenyapkan kejahatan dan melepaskan manusia dari dahaga keras dengan hujan musim semi? Tidakkah badai kejahatan berapa pada puncaknya yang tertinggi? Tidakkah tepi-tepi kebodohan membentang luas? Bukankah seluruh dunia telah rusak? Tidakkah syetan senang terhadap para pengikutnya sehingga berterimakasih kepada mereka? Bersyukurlah kamu kepada Tuhan yang ingat kepadamu dan agamamu. Dan Dia tidak mengijinkannya menjadi rusak. Dia menjaga panenanmu dan lading-ladangmu dengan rumput muda. Dia telah menurunkan hujan dan menyempurnakan ukurannya. Dan Dia telah membangkitkan Al Masih-Nya untuk melenyapkan kejahatan dan Mahdi-Nya untuk kebaikan umat manusia. Dia telah membawa kamu kepada suatu masa yang imamnya adalah dari kamu sendiri, hal mana tidak demikian sebelumnya.” (Khutbah Ilhamiyah, 13 April 1900M)
d. Rasulullah saw bersabda dalam kitab hadits Kanzul Ummal jilid III halaman 200 dan dalam Abu Daud:
Artinya: Orang yang tidak mengenal Imam Zamannya, maka kematiannya dalam keadaan jahiliyah.
e. Rasulullah saw berabda dalam kitab hadits Musnad Ahmad jilid IV halaman 85 dan Ibnu Majah halaman 315, Bab Khurujul Mahdi:
Artinya: Apabila kamu melihatnya (Mahdi), maka ambil bai’atnya walaupun enngkau harus merangkak di gunung salju karena beliau itu Khalifatullah dan Mahdi dari Allah swt.
f. Kesaksian Ulama Rabithah terkemuka tentang Kemutawatiran Hadits-hadits Mahdi.
Dalam berkala Akhbarul Alamul Islami, 21 Muharrom 1400H, halaman 7 terdapat karangan ulama terkemuka dari Rabithah Alam Islami, Syekh Abdul Aziz bin Baaz dengan judul terjemahannya: “Kejahatan yang Terjadi di Masjidil Haram, Pemikiran yang Bathil tentang Mahdi Al Muntazar”. Berikut ini bagian akhir dari karangan itu beserta terjemahannya:
Artinya: Adapun mengingkari sama sekali kedatangan Mahdi yang dijanjikan, sebagaimana anggapan sementara golongan mautakhirin adalah pendapat yang salah. Karena hadits-hadits tentang kedatangannya di akhir zaman dan tentang dia akan mengisi bumi ini dengan keadilan dan kejujuran karena telah penuh kezaliman adalah mutawatir dari segi isi dan artinya serta terdapat dalam jumlah banyak. Hal ini seperti sudah dijelaskan oleh kalangan ulama, diantaranya Abdul Hasan Al Abiri As Sajastani, seorang ulama abad keempat Hijrah, Allamah As Safarini, Allamah As Syaukani dll. Hal ini sudah menjadi ijmak di kalangan para ahli ilmu. Memang tidak dapat dipastikan seseorang adalah Mahdi kecuali bila ia dipenuhi tanda-tanda sebagaimana diterangkan oleh Nabi saw dalam hadits-hadits yang tsiqah dan tanda paling besar serta jelas adalah bahwa dia/ Mahdi akan mengisi bumi dengan kejujuran dan keadilan karena telah dipenuhi oleh kekejaman dan kezaliman, seperti diterangkan di muka tadi.
III. DALIL-DALIL YANG LAIN
Selain dari Al Qur’an maupun Hadits, perlu juga hal-hal yang lain untuk mendukung dan menambah wacana mengenai sebuah kebenaran haqiqi yang terefleksi dalam wujud Mahdi dan Masih.
Adapun keterangan-keterangan yang lain itu adalah sebagai berikut:
1. Dia akan mempunyai anak-anak. Anak pertama adalah anak perempuan, anak ini meninggal setelah lahir. (Tafsir Behr Muwarij, J. I, h. 360)
2. Pada waktu turunnya Masih Mau’ud semua orang tidak mau beriman. (Tafsir Ruhul Ma’ani, j. II, h. 600)
3. Akan terjadi pertentangan tentang Mahdi dan para ulama akan memberikan fatwa dajjal kepadanya. (Hujajjul Kiromah, h. 363)
4. Ketika Masih itu datang maka orang-orang akan mempunyai pemikiran untuk membunuhnya. Dan mereka akan mengatakan bahwa inilah biangnya yang akan merusak agama kita. (Iqtarobus Sa’ah, h. 224)
5. Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi menulis bahwa Masih itu sebaik-baik anak. Dan bersamanya akan terlahir seorang anak perempuan sebagai saudaranya. (Syarh Namh Muthabi’ Munthahirul Ajaib Mudaris, h. 4)
6. Mahdi akan muncul dari Kad’ah. (Jawahirul Asror, h. 56)
7. Pada zaman Mahdi akan tersebar tho’un. (Syarh Namh Muthabi’ Munthahirul Ajaib Mudaris, h. 4)
8. Jama’ah Mahdi akan diliputi rasa cinta didalamnya. (Hidayah Mahdiyah, h. 114)
Keyakinan Akan Datangnya “Imam Mahdi” dan “Al-Masih al-Mau’ud” adalah Keyakinan Umum Umat Islam[29]
Lebih setengah abad bersama Ahmadiyah. Yang kami pahami dan kami ikuti, keyakinan akan datangnya Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mau’ud (Al-Masih Yang Dijanjikan), bukan monopoli keyakinan Jemaat Ahmadiyah. Keyakinan itu, sesungguhnya, merupakan keyakinan umum umat Islam, baik sunni maupun syi’i.
Tentang kedatangan Imam Mahdi, Syekh Abdul Aziz bin Baaz, ‘Ulama terkemuka Rabithah ‘Alam Islami, menyatakan :
“Adapun mengingkari sama sekali kedatangan Mahdi yang dijanjikan, sebagaimana anggapan sementara golongan mutaakhirin adalah pendapat yang salah. Karena Hadits-hadits tentang kedatangannya di akhir zaman dan tentang ia akan mengisi bumi ini dengan keadilan dan kejujuran, karena telah penuh kezaliman, adalah mutawatir dari segi isi dan artinya dan terdapat dalam jumlah banyak”. [30]
Mufti Mesir, menyatakan :
“Beriman kepada datangnya Imam Mahdi itu wajib, sebagaimana telah dibenarkan oleh para Ulama dan telah dijelaskan dalam aqidah-aqidah Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah dan juga diakui oleh Ahlusy-Syi’ah”. [31]
Tentang kedatangan Nabi Isa as, di akhir zaman, ‘Alim-‘ulama yang tergabung dalam Nadlatul ‘Ulama (NU), menyatakan :
”Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa as, itu akan diturunkan kembali pada akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW., dan hal itu, tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa as, hanya akan melaksanakan syariat Nabi Muhammad S.A.W. Sedangkan mazhab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku)” [32]
Muhammadiyah menyatakan :
“Tentang kedatangan tuan Yezuz kedoenia kembali, memang rata-rata kaum Moeslimin mempertjayainya. Hal kepertjayaan Moeslimin tentang kedatangan Yezuz ke dunia lagi itoe demikianlah : Sungguh Baginda Nabi Isa (Yezuz Kristus), itu akan toeroen ke doenia lagi pada akhir zaman dan beliau itu akan menghoekoemi dengan syari’at Nabi Moehammad SAW., tidak dengan syari’atnya; karena syari’at Yezuz itoe, telah terhapoes sebab soedah lalunya waktoe jang sesoeai oentoek mendjalankannya. Maka kedatangan Yezuz itoe nanti menjadi sebagai khalifah ataoe pengganti Nabi kita, di dalam menjalankan syri’at Beginda Nabi SAW., pada ini oemat”.[33]
Kutipan-kuitpan tersebut menunjukan, meyakini akan datangnya Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mau’ud – Al-Masih Yang Dijanjikan kedatangannya oleh Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, adalah keyakinan umum muslimin, baik yang tergabung dalam Wahabi, NU, maupun Muhammadiyah, bukan monopoli keyakinan Ahmadiyah.
Dengan kata lain, Wahabi, NU, Muhammadiyah, dan Ahmadiyah, sama-sama meyakini, Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mauud, akan datang pada akhir zaman.
Dan, Wahabi, NU, Muhammadiyah, dan Ahmadiyah, sepakat meyakini, jika Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mau’ud datang, tidak menghalangi Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wa sallam sebagai nabi yang terakhir (Khaataman Nabiyyin), sebab Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mauud, jika datang, hanya akan melaksanakan syari’at Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wa sallam.
Skema Theologi Kenabian Dalam Islam[34]
A. BEBERAPA WAHYU/ ILHAM HZ MASIH MAU’UD AS DALAM BAHASA ARAB
1. Artinya: Wahai Ahmad! Namamu akan tamat sedangkan nama-Ku tidak akan tamat.[35]
Jadilah di dunia ini sebagai orang asing atau pengembara. Dan jadilah kamu termasuk orang yang sholeh dan orang yang benar. Sebarkanlah perintah untuk berbuat baik dan cegahlah kemungkaran serta bersholawatlah atas Muhammad saw beserta keluarganya, karena sesungguhnya dialah Murobbi. Sesungguhnya Aku mengangkat derajat engkau disisi-Ku. Tanam dalam-dalam kecintaan engkau kepada-Ku, tiada Tuhan selain Allah, camkanlah! Engkau akan diikuti dan diutus di bumi. Pegang erat ketauhidan, ketauhidan, wahai Putra Al Farisi. (Tadzkirah, h. 50)
2. Artinya: Wahai Ahmad! Allah telah memberkahimu. (Aina Kamalatil Islam, h. 550)
3. Kemudian Kami telah menghidupkan engkau setelah beberapa waktu yang lalu Kami telah membiarkan engkau tidak berdaya dan Kami telah menjadikan engkau sebagai Al Masih Ibnu Maryam. (Izalah Auham, h. 674)
4. Sesungguhnya Aku bersamamu dimanapun engkau berada dan sesungguhnya Aku penolongmu… (Aina Kamalatil Islam, h. 283)
5. Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau sebagai Isa Ibnu Maryam dan Allah senantiasa Menguasai segala sesuatu. (Idem, h. 426)
6. Pada tahun 1893 mendapatkan wahyu: Engkau dari-Ku menempati tauhid-Ku dan ketunggalan-Ku. Engkau akan selalu ditolong dan akan menjadi terkenal diantara manusia. Allah mengetahui bahwa engkau dari sisi-Nya. Engkau akan menegakkan syari’ah dan menghidupkan agama. (Idem, h. 551)
7. Pada tanggal 05 Mei 1902 beliau as menerima ilham: Sesungguhnya Aku akan menjaga siapapun yang berada dalam rumah itu, kecuali orang-orang yang diliputi kesombongan. (Tadzkirah, h. 403)
B. WAHYU/ ILHAM DALAM BAHASA URDU
1. Pada tengah malam tanggal 17 Oktober 1902: Keselamatan berasal dari iman. (Al Hukum, j. 5 & 6, b. 39, h. 34)
2. Pada tanggal 16 Nopember 1902: Api telah kami tundukkan, api adalah hamba Kami bahkan hamba dari hamba Kami. (Al Badar, j. 1, b. 5 & 6, h. 34)
3. Pada tanggal 1 Januari 1903: Tuhan akan memenuhi segala maksudmu. (id, j. 1, b. 12, h.90)
4. Pada tanggal 16 Maret 1903: Dalam istiqomah terdapat hal yang mendatangkan perubahan. (id, j. 2, b. 10, h. 75)
5. Pada tanggal 26 Maret 1903: Pintu tho’un telah terbuka. (id, j. 2, b. 10, h. 80)
6. Karenamu nama-Ku cemerlang. (Al Hukum, j. 9, b. 28, h. 1)
7. Gunung meletus dan datanglah gempa (dalam ru’ya tempat Hazrat Masih Mau’ud as bergetar, beberapa saat kemudian terlihat pardah dan dari arah bawah terdengar) : Engkau tahu, siapa Aku? Akulah Tuhan, jika Aku menghendaki maka Aku berikan kemuliaan, jika Aku menghendaki maka Aku juga bisa memberikan kehinaan. (Idem, j. 9, b. 30, h. 1)
Beberapa cuplikan wahyu/ ilham Hazrat Masih Mau’ud as ini dapatlah digunakan untuk kajian lebih lanjut mengenai sosok Mahdi dan Masih zaman ini, tentunya dalam setiap kajian mengenai beliau as hendaknya senantiasa meminta petunjuk dan karunia Allah Ta’ala.
C. WAHYU/ ILHAM DALAM BAHASA INGGRIS[36]
1. I love you, artinya Aku senantiasa mencintaimu.
2. I am with you, artinya Aku bersamamu.
3. Yes, I am happy. Life of pain, artinya Ya, Aku bahagia. Tersentuh.
4. I shall help you. He shall help you, artinya Aku akan menolongmu. Dia akan menolongmu.
5. I can what we will do. We can what we will do, artinya Aku bisa berbuat apa saja yang akan Kami kerjakan. Kami bisa berbuat apa saja yang akan kami kerjakan.
6. I shall give you a large party of Islam, artinya Aku akan memberikan kepadamu sebuah Jama’ah Islam yang besar.
7. God is coming by help and army. God is coming by his army, artinya Tuhan sedang datang dengan bantuan dan tentara. Tuhan sedang datang dengan tentara-Nya.
8. He is with you to kill enemy, artinya Dia bersamamu untuk membunuh musuh.
9. The days shall come when God shall help you, artinya Hari-hari akan datang ketika Tuhan akan membantumu.
10. I am by Isa, artinya Aku beserta Isa.
11. Glory be to this Lord, artinya Kemasyuran menjadi milik tuan ini.
12. God maker of earth and heaven, artinya Tuhan Pencipta bumi dan langit.
13. Though all men should be angry but God is with you, artinya Meskipun semua orang menjadi marah tetapi Tuhan bersamamu.
14. Word of God can not eschange, artinya Firman Tuhan tidak dapat dirubah.
Semoga Allah Ta’ala membukakan hati dan pikiran mereka sehingga petunjuk dan karunia-Nya tercurah kepada segenap manusia dalam agama apapun di dunia ini untuk mengenal dan menerima Imam Mahdi sebagai Imam Zaman yang terus bergulir hingga saat ini dengan menampakkan wujud dalam sistem khilafah dalam Islam, yakni Hazrat Khalifatul Masih Al Khomis atba pada masa sekarang ini. Adapun wadah jama’ah ini bernama Ahmadiyya Moslem Community atau Jemaat Ahmadiyah.
Oleh karena itu setiap muslim ataupun muslimah yang benar dalam kecintaan dan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya hendaknya berminat untuk memperkuat barisan tentara rohani Hazrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as dengan cara bergabung di dalamnya sehingga Islam akan mendapatkan kemenangan suci di seluruh dunia. Amiin.[37]
[1] Penulisan ayat-ayat Al Qur’an pada makalah ini menggunakan metode ‘Basmalah’ dihitung sebagai ayat yang berdasar pada hadits Nabi Besar Al Mushtofa SAW riwayat Sahabat Ibnu Abbas ra yang menunjukkan bahwa setiap ‘Basmalah’ pada setiap surat adalah ayat pertama surat itu (kecuali Qs At Taubah):
Nabi saw tidak mengetahui pemisahan antara surat itu sehingga Bismillahir Rohmaanir Rohiim turun padanya. (HR Abu Daud “Kitab Sholat” & Al Hakim dalam Al “Mustadrak”)
[2] Amal-amal baik memang merupakan cara utama mencapai kesucian rohani, tetapi amal-amal baik itu bersumber pada kesucian hati yang dapat dicapai hanya dengan berpegang pada itikad-itikad yang benar. Dari itu, ayat ini merinci dasar-dasar kepercayaan yang telah diajarkan oleh Alquran, ialah, beriman kepada Tuhan, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya menurut urutan atau tertib yang wajar.
[3] Ungkapan ini tidak berarti bahwa ada beberapa nabi yang kepadanya Allah Ta’ala. tidak bercakap-cakap atau bahwa ada beberapa yang kerohanian mereka tidak ditinggi-kan. Kata-kata itu hanya berarti bahwa ada dua macam nabi :
(a) Mereka yang membawa syariat baru. Mereka itu disebut nabi-nabi mukallam.
(b) Kanabian mereka hanya tercermin dalam kemuliaan pangkat rohani mereka. Mereka itu nabi-nabi ghair-mukallam. Rasulullah saw. diriwayatkan telah bersabda bahwa Adam a.s. itu nabi mukallam (Musnad).
[4] Kami Orang Islam, h. 67 – 71, PB JAI, 2007 dan Makalah Kebenaran Hazrat Masih Mau’ud as, Ahsan A. Anang STY, h. 2 & 3, 2005.
[5] Ayat ini mengandung batu ujian yang amat jitu untuk menguji kebenaran seseorang yang mengaku dirinya seorang nabi. Bila kehidupan seorang nabi sebelum da’wa kenabian nya menampakkan kejujuran dan ketulusan hati yang bertaraf luar biasa tingginya, dan di antara masa itu dengan da’wa kenabiannya harus diterima sebagai da’wa orang yang tinggi akhlaknya, orang jujur, dan benar. Tentu saja seseorang, yang terbiasa kepada suatu sikap atau tingkah-laku tertentu disebabkan adat-kebiasaannya atau tabiatnya, akan memerlukan waktu yang lama untuk mengadakan perubahan besar dalam dirinya untuk menjadi orang baik atau orang buruk. Maka bagaimanakah Rasulullah saw. tiba-tiba dapat berubah menjadi seorang penipu, padahal sepanjang kehidupan beliau sebelum da’wa kenabian baliau adalah orang yang tiada taranya dalam kejujuran dan kelurusannya ?
[6] Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan.
[7] Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti, diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.
[8] Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Tuhan dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang mukmin muttaki lainnya. Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Tuhan dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib, penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang muttaki dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu. Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Tuhan, karena ada dalam pemeliharaan- istimewa-Ilahi, kepadaannya aman dari pemutar-balikan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang muttaki lainnya tidak begitu terpelihara.
[9] Ajaran Rasulullah saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, yang di tengah-tengah bangsa itu beliau dibangkitkan, melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau, melainkan juga kepada keuturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga kiamat. Atau ayat ini dpat juga berarti bahwa Rasulullah saw. akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadis Nabi s.a.w, yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Rasulullah saw. untuk kedua kali dalam wujud Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di akhir zaman. Abu Hurairah r.a. ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw. “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata, Dan dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” - Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pernyataan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda, “Bila iman telah terbang ke bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari). Hadis Nabi s.a.w. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi. Hadrat Masih Mau’ud a.s., pendiri Jemaat Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadis Nabi s.a.w., lainnya menyebutkan kedatangan Almasih pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Alquran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi). Jadi, Alquran dan hadis kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Rasulullah saw. dalam wujud Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
[10] Azab bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan terbit dan timbul dari dalam diri manusia sendiri. Pada hakikatnya, siksaan-siksaan neraka dan ganjaran-ganjaran surga akan hanya merupakan sekian banyak perwukudan dan penjelmaan perbuatan manusia – baik atau buruk – yang pernah dilakukannya dalam kehidupan ini. Jadi, dalam kehidupan ini manusia menjadi perancang nasibnya sendiri, dan seolah-olah pada kehidupan yang akan datang ia sendiri akan menjadi pengganjar dan penghukum terhadap dirinya sendiri.
[11] Tiap orang harus memikul tanggung-jawab perbuatannya sendiri. Pengorbanan dan penebu san dari siapa pun, tidak dapat mendatangkan faedah apa pun kepada orang lain. Ayat ini mematahkan kepercayaan tentang penebusan dosa sampai ke akar-akarnya.
[12] Dalam generasi kita sendiri dunia telah menyaksikan wabah-wabah, kelaparan-kelaparan, peperangan-peperangan, gempa-gempa bumi, serta malapetaka lainnya, yang serupa itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan datangnya begitu bertubi-tubi, sehingga kehidupan manusia telah dirasakan pahit karenanya. Sebelum malapetaka-malapetaka dan bencana menimpa bumi ini, sudah selayaknya Tuhan membangkitkan seorang pemberi peringatan.
[13] Untuk nubuatan Nabi isa a.s. mengenai kedatangan Paraklit (paraclete) atau Penolong atau Ruh Kebenaran, lihat Injil Yahya 12:13 ; 14:16-17 ; 15:26 ; 16:17 ; yang dari situ kesimpulan berikut dengan jelas dapat diambil;
(a) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Ruh Kebenaran tidak dapat datang sebelum Nabi Isa a.s. berangat dari dunia ini.
(b) Beliau akan tinggal di dunia untuk selama-lamanya, akan mengatakan banyak hal yang Nabi Isa sendiri tidak dapat mengatakan karena dunia belum dapat menanggungnya pada waktu itu.
(c) Beliau akan memimpin umat manusia kepada segala kebenaran.
(d) Beliau tidak akan bicara atas kehendak sendiri, tetapi apa pun yang didengar beliau, itu pulalah yang akan diucapkan oleh beliau.
(e) Beliau akan memuliakan Nabi Isa a.s. dan memberikan kesaksian atas kebenarannya.
Lukisan mengenai Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Ruh Kebenaran itu serasi benar dengan kedudukan dan tugas Rasulullah saw. sebagaimana diterangkan dalam Alquran. Rasulullah saw. datang sesudah Nabi Isa a.s. meninggalkan dunia ini, beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir dan Alquran merupakan syariat suci terakhir, diwahyukan untuk seluruh umat manusia hingga Hari Kiamat (5:4). Beliau tidak berkata atas kehendak sendiri, melainkan apa pun yang didengar beliau dari Tuhan, itu pulalah yang diucapkan beliau (53:4). Beliau memuliakan Nabi isa (2:254 ; 3:56). Nubuatan dalam Injil Yahya di atas adalah sesuat dengan nubuatan yang disebut dalam ayat yang sedang dibahas kecuali bahwa bukan nama Ahmad yang tercantum di situ melainkan Paraklit (Paraclete). Para penulis Kristen menantang ketepatan versi (anggapan) Alquran mengenai nubuatan itu, sambil mendasarkan pernyataan-pernyataan mereka pada perbedaan kedua nama itu, dengan tidak memperlihatkan kesamaan sifat-sifat yang dituturkan oleh Bible dan Alquran. Pada hakikatnya, Nabi Isa a.s. memakai bahasa Arami dan Ibrani. Bahasa Arami adalah bahasa ibu beliau dan bahasa Ibrani adalah bahasa agama beliau. Versi Bible sekarnag adalah terjemahan dari bahasa Arami dan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Suatu penerjemahan dengan sendirinya tidak dapat membawakan sepenuh keindahan gubahan aslinya. Bahasa-bahasa mempunyai batas-batasnya masing-masing. Demikian pula mengenai kaum yang mempergunakan bahasa itu. Batas-batas mereka itu nampak pula dalam karya-karya mereka. Bahasa Yunani mempunyai penggunaan kata lain, ialah, Periklutos, yang mempunyai persamaan arti dengan Ahmad dalam bahasa Arab. Jack Finegan, seorang ahli ilmu agama Kristen kenamaan, mengatakan di dalam kitabnya bernama, “Archaeology of World Religions” berkata, “kalau dalam bahasa Yunani kata Paracletos (Penghibur) sangat cocok dengan kata Periclutos (termasyhur), maka kata itu berarti nama-nama Ahmad dan Muhammad”. Lebih-lebih, “The Damascus Document” (Dokumen atau Naskah asal Damaskus), suatu Naskah yang ditemukan menjelang akhir abad ke-19 dalam gereja Yahudi di Ezra, Mesir Kuno (halaman 2) melukiskan bahwa dengan Almasih-Nya Dia memberitahukan kepada mereka Rohulkudus-Nya. Sebab dialah Emeth ialah, Al-Amin (si Jujur), dan sesuau dengan nama-Nya demikian pula nama mereka ….Emeth” dalam bahasa Ibrani berarti “Kebenaran” atau si Jujur (Al-Amin) dan orang yang kebaikannya dawam” (Strahan’s Fourth Gospel, 141). Kata ini ditafsirkan oleh orang-orang Yahudi, “Cap (Materai) Tuhan.” Dengan sendirinya, meskupun Nabi Isa a.s. mungkin telah mempergunakan nama Ahmad, persamaan bunyi lafal antara kedua kata (Ahmad dan Emeth) itu telah membuat para penulis di kemudian hari menulis kata Emeth sebagai alih-alih kata “Ahmad” yang adalah persamaan kosa-kata dalam bahasa Ibrani. Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw.; tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada Hadrat Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad di dalam wahyu (Barahin Ahmadiyah), dan oleh karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Rasulullah saw. telah pula dinyatakan dengan jelas dalam Injil Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah, tetapi pada pihak lain mereka menganggapnya otentik (dapat dipercaya), seotentik setiap dari keempat Injil.
[14] Pada umumnya dikatakan bahwa Surah ini membahas hari kebangkitan terakhir, ketika hukum dan proses alam seperti kita kenal, akan berhenti bekerja. Tetapi seluruh arah dan tujuan Surah ini membicarakan dengan begitu jelas keadaan- keadaan yang terdapat dalam alam kebendaan ini, sehingga beberapa ayat akan kehilangan segala maknanya, jika ayat-ayat itu dianggap ditujukan hanya kepada hari kebangkitan terakhir (qiamat kubra ) belaka. Pada haki katnya, Surah ini mengatakan tentang perubahan-perubahan besar yang telah terjadi di alam dunia kebendaan dan di alam kehidupan manusia semenjak zaman Rasulullah saw., khususnya pada masa kita ini. Ayat ini akan berarti. Bila kegelapan ruhani akan meliputi seluruh dunia – ketika cahaya Matahari Ruhani (Rasulullah saw.) menjadi suram atau hilang sirna. Atau, ayat ini dapat juga menunjuk kepada gerhana- gerhana matahari dan bulan yang menurut sebuah hadist termasyur, akan terjadi di masa Imam Mahdi kelak di dalam bulan Ramadhan ; suatu gejala, yang dunia tidak pernah menyaksikan sebelumnya (Quthni hlm. 188). Gerhana-gerhana matahari dan bulan tersebut telah terjadi pada tahun 1894, tepat seperti yang telah dinubuatkan.
[15] An-nujuum (bintang-bintang) berarti para ulama. Arti ini didukung oleh sebuah hadist ter masyhur “ Sahabat-sahabat adalah laksana bintang-bintang ; siapa pun dari antara mereka kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk yang benar” (Baihaqi). Maka, ayat itu dapat berarti Ketika para pemimpin agama akan menjadi rusak dan kehilangan segala pengaruhnya. Isyarat ini dapat pula ditujukan kepada jatuhnya bintang-bintang dalam jumlah luar biasa besarnya, pada masa ketika seorang mushlih rabbani datang.
[16] Ketika gunung-gunung akan dihancurkan dengan dinamit dan jalan-jalan akan dibuat menembus gunung-gunung ; atau secara kiasan, ketika kekuasaan pada penguasa akan terkikis, kata jabal berarti pula, kepala suatu kaum (Lane).
[17] Isyaar itu jamak dari ‘usyara’ , yang berarti, seekor unta betina bunting sepuluh bulan. Kata ‘isyaar dikenakan kepada unta-unta betina, ketika sebagian telah beranak dan sebagian lain diharapkan segera akan beranak (Lane). Ayat ini berarti, apabila unta-unta berina tidak akan dianggap penting lagi, bahkan di negeri Arab sekalipun. Isyarat ini agaknya tertuju kepada keadaan dimana unta akan digantikan fungsinya oleh sarana-sarana pengangkutan yang lebih baik dan lebih cepat pula, seperti kereta api, mobil, kapal terbang, dan lain-lain. Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. pun terdapat isyarat jelas mengenai unta yang akan digantikan oleh sarana-sarana pengangkutan lain itu. Hadist itu berbunyi sebagai berikut, “Unta akan ditinggalkan, dan tidak akan dipergunakan lagi guna bepergian dari suatu tempat ke tampat lain” (Muslim).
[18] Mengingat berbagai arti akar kata husyira yang berbeda-beda (Lane), maka ayat ini mengadung arti ; ketika binatang-binatang akan dikumpulkan di kebun-kebun binatang, atau ketika bangsa-bangsa terbelakang akan disuruh tinggal di dalam kelompok-kelompok masyarakat yang bertata tertib ; atau, ketika mereka akan dipaksa meninggalkan kampung halaman mereka.
[19] Ayat ini berarti; ketika sungai-sungai akan disalurkan untuk keperluan irigasi atau tujuan-tujuan lain ; atau, ketika di dalam pertempuran-pertempuran laut kapal-kapal besar akan dibakar, sehingga akan nampak seolah-olah laut dimakan api ; atau samudera-samudera raya akan dihubungkan melalui terusan-terusan ; atau, ketika penduduk daerah akan mengalir ke kota-kota, sehingga penuh sesak dengan penduduk melimpah. Kata sujjira, mengandung semua arti tersebut (Lane).
[20] Ketika sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi akan berkembang pesat demikian rupa, serta hubungan antar bangsa yang mendiami negeri-negeri jauh akan menjadi demikian mudah dan lancar sehingga membuat mereka bersatu menjadi satu bangsa. Ayat ini mengandung pula arti bahwa orang-orang yang mempunyai pandangan-pandangan sama mengenai kemasyara katan atau politik akan menggabungkan diri dalam wadah partai-partai.
[21] Penguburan atau pembakaran hidup-hidup bayi-bayi perempuan akan dianggap sebagai kejahatan besar.
[22] Isyarat ini nampaknya ditujukan kepada penyebarluasan surat-surat kabar, majalah-majalah, dan juga buku-buku, juga ditujukan kepada sistem perpustakaan dan taman-taman bacaan serta tempat-tempat dan sarana-sarana lainnya serupa itu untuk penyiaran ilmu pengetahuan pada akhir zaman.
[23] Ayat ini dapat menunjuk kepada kemajuan amat pesat yang akan dicapai oleh ilmu falak di akhir zaman. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ini dalam jangka sepuluh tahun terakhir ini, telah mengejutkan dunia.
[24] Oleh sebab perilaku manusia bergelimang dosa dan tidak adil maka kemurkaan Tuhan akan bangkit dan suatu neraka akan dilepaskan di dunia berupa peperangan yang membinasakan.
[25] Oleh karena akhir zaman kejahatan akan merajalela dan manusia akan membiarkan dirinya terombang-ambing oleh kedurhakaan dan oleh penyembahan dewa kekayaan sehingga perbuatan baik sekecil-kecilpun akan membuat manusia layak menerima imbalan besar, serta akan menariknya lebih dekat ke surga.
[26] Kata-kata dalam ayat ini penuh dengan kerawanan Tuhan Yang Maha Kuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para nabi-Nya. Sementara para nabi menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.
[28] Hazrat Ahmad as pada tahun 1888M tepatnya tanggal 1 Desember, mendapatkan ilham dalam bahasa Arab:
Artinya: Apabila engkau telah membulatkan tekad maka buatlah bahtera dalam pengawasan Kami dan wahyu-wahyu Kami, orang-orang yang telah bai’at kepada engkau sesungguhnya mereka bai’at kepada Allah, tangan Allah berada diatas tangan mereka. (Sabz Isytihar, h. 24)
[29] Makalah Ahmadiyah Yang Kami Pahami dan Kami Ikuti, h. 14 – 16, DPW Jemaat Ahmadiyah Indonesia Prov Jawa Tengah, 2011.
[30] Akhbaarul ‘Alamil Islaami, 21 Muharram tahun 1400 Hijriyah hal. 7
[32] Ahkam al Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Diantama LTN-NU, Cet. Ketiga, Pebruari 2007: 47-48, Pengantar : DR. KH. MA. Sahal Mahfudh, Ketua Umum Majlis ‘Ulama Indonesia (MUI).
[33] Windon Nomer “Mutiara”, Madjlis H.B. Moehammadiyah Taman Pustaka, Pebruari 1940/Moeharram 1359 Th. Ke IX, hal. 32-34, Sinar Islam, Edisi Juli 1985, hal. 26-27
[34] Penulis dan penggagas skema theology adalah Mln. H. Saeful Uyun – Mubwil Jateng Pantura mulai Nov 2010 sampai sekarang (2011M).
[35] Arti dari Hazrat Masih Mau’ud as:
“Wahai Ahmad! Namamu akan tamat sedangkan nama-Ku tidak akan tamat, tetap abadi, yakni engkau akan binasa, kesempurnaan dan pujianmu akan habis, sedangkan pujian-pujian kepada Allah Tuhanmu tidak terbatas dan tetap abadi, karena pujian-pujian itu tidak terbatas dan tidak dapat dihitung.” (Barahin Ahmadiyah, j. IV, h. 242, catatan kaki dibawah catatan kaki).
[36] Barahin Ahmadiyah, Haqiqatul Wahyi, Pocket Book. (Ilham-ilham ini didapatkannya pada tahun 1883M).
[37] Akhir Kalam: “Jalla Syaanu-Hu wa ‘azza ismu-Hu wal hamdulillahi ‘alaa ihsaani-Hi wa aakhirud da’wanaa ‘anil hamdulillahi robbil ‘alaamiin. Wassalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokaatuhu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar